Rabu, 28 Oktober 2015

makalah SISWA SEBAGAI SUBJEK DALAM PEMBELAJARAN ( STUDENT CENTERED LEARNING)



MAKALAH

SISWA SEBAGAI SUBJEK DALAM PEMBELAJARAN
 ( STUDENT CENTERED LEARNING)
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran



 
 
Disusun Oleh :

1.      Rudi Hartono                          122774014
2.      Widarti                                    122774020
3.      Laurentia Widya .K.               122774021
4.      Firda Aulia .U.                        122774023
5.      Adri Acintya .P.                      122774045

PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME karena atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini dibuat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Bahasa Mandarin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa adanya uluran tangan dan partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
·         Dra. Heni Subandiyah, M.Hum. selaku dosen pembimbing mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Bahasa Mandarin
·         Orang tua penulis yang telah memberi dukungan moral dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
·         Teman – teman yang selalu memberi dukungan serta saran agar penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah oleh penulis di masa yang akan datang.
Akhirnya besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua orang yang membaca pada umumnya.

Surabaya,  2 Oktober 2014



      Penulis

       
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ............................................................................              ii
KATA PENGANTAR  .........................................................................             iii
DAFTAR ISI  ........................................................................................              iv
BAB I PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang Masalah..................................................            ......   1    
B.            Rumusan Masalah ................................................................                1
C.            Metode  Penulisan.................................................................               2
D.           Tujuan dan Manfaat .............................................................                2
BAB II  PEMBAHASAN
A.           Pengertian SCL  …………………………………..............                3
B.            Perbedaan TCL dan SCL………………………………….               4
C.            Kelebihan dan kelemahan TCL dan SCL…………...........                 9
D.           Model-model pembelajaran dalam SCL................ …….....               13
E.            Penerapan SCL dalam proses  pembelajaran Bahasa
Mandarin ............................................................................
BAB III PENUTUP
A.      Simpulan ..............................................................................              25
DAFTAR PUSTAKA  

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar belakang
Dunia pendidikan saat ini sedang diguncang dengan berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Pendidikan sendiri ditantang untuk dapat menjawab berbagai permasalahan dan perubahan global yang berkembang begitu pesat, seperti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, seni, dan budaya. Perkembangan tersebut harus sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan yaitu dalam suatu  proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pembelajaran  yang efektif dan efisien merujuk pada Fungsi dan tujuan pendidikan Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (Sidiknas, Pasal 3) yang berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi Warga Negara yang demokratis.
Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran di Indonesia yang awalnya berpusat pada pengajar atau yang lebih dikenal Teacher Centered Learning (TCL) menjadi pembelajaran yang berpusat  pada peserta didik atau yang lebih dikenal Student Centered Learning (SCL) diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap, dan perilaku.
Dalam proses SCL, peserta didik memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya, sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam , dan pada akhimya dapat meningkatkan mutu kualitas peserta didik. Melalui penerapan SCL  peserta didik harus berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisis dan dapat memecahkan masalah-masalahnya sendiri. Metode SCL kini dianggap lebih sesuai dengan kondisi masa kini.  Student Centered Learning (SCL) menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu. Model belajar ini dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan jaman.
Oleh karena itu, penulis  menyusun sebuah makalah yang berjudul “Siswa Sebagai Subjek Dalam Pembelajaran (Student Centered Learning)” dengan harapan agar makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan  pembaca mengenai konsep dasar Student Centered Learning (SCL).

B.       Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah pengertian SCL menurut beberapa ahli?
2.      Bagaimanakah perbedaan TCL dan SCL ?
3.      Apa saja kelebihan dan kelemahan TCL dan SCL ?
4.      Bagaimana penerapan model-model pembelajaran SCL dalam proses  pembelajaran  Bahasa Mandarin?
C.       Tujuan
Merujuk pada latarbelakang dan rumusan masalah, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini, yaitu :
1.      Memaparkan pengertian SCL menurut beberapa ahli.
2.      Mendeskripsikan perbedaan TCL dan SCL.
3.      Memaparkan kelebihan dan kelemahan TCL dan SCL.
4.      Mendeskripsikan penerapan model-model pembelajaran SCL dalam proses pembelajaran Bahasa Mandarin.
D.    Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :
1.    Manfaat teoritis: makalah ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu pendidikan di Indonesia, utamanya mengenai pembelajaran bahasa Mandarin.
2.    Manfaat praktis :  konsep dasar Student Centered Learning (SCL) dalam makalah ini diharapkan dapat diterapkan oleh guru di Indonesia, khusunya guru  bahasa Mandarin.
E.     Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu  metode literatur. Metode literatur merupakan metode pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku dan situs-situs internet yang mendukung dan menunjang dalam pembuatan dan penyusunan makalah, sekaligus dijadikan sebagai landasan dalam penulisan suatu makalah.












  
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

A.       Pengertian Student Centered Learning (SCL)
Berikut ini beberapa pengertian SCL dari berbagai  literatur:
  • Harmon SW (1996), “Student Centered Learning (SCL) is where students work in both groups and individually to explore problems and become active knowledge workers rather than passive knowledge recipients.
·         Cannon (2000), Student-centred learning describes ways of thinking about learning and teaching that emphasise student responsibility for such activities as planning learning, interacting with teachers and other students, researching, and assessing learning. 
  • Rogers (1983), SCL merupakan hasil dari transisis perpidahan kekuatan dalam proses pembelajaran, dari kekuatan pendidik sebagai pakar menjadi kekuatan peserta didik sebagai pembelajar. Perubahan ini terjadi setelah banyak harapan untuk memodifikasi atmosfer pembelajaran yang menyebabkan peserta didik  menjadi pasif, bosan dan resisten.
  • Harden dan Crosby (2000), SCL menekankan pada siswa sebagai pembelajar dan apa yang dilakukan siswa untuk sukses dalam belajar dibanding dengan apa yang dilakukan oleh guru.
Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Student Centered Learning (SCL) adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar.Model pembelajaran ini berbeda dari model belajar Teacher Centered Learning (TCL) yang menekankan pada transfer pengetahuan dari guru ke murid yang relatif bersikap pasif.
Dalam menerapkan konsep Student Centered Leaning (SCL), peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya.
Dengan anggapan bahwa tiap peserta didik adalah individu yang unik, maka proses, materi dan metode belajar disesuaikan secara fleksibel dengan minat, bakat, kecepatan, gaya serta strategi belajar dari tiap peserta didik, hal  ini bertujuan untuk menggali motivasi intrinsik dari dalam dirinya sendiri untuk belajar sesuai dengan kebutuhannya secara individu, bukan kebutuhan yang diseragamkan.
B.     Perbedaan Teacher Centered Learning (TCL) dan Student Centered Leaning (SCL)
Berikut adalah Gambaran  perbedaan antara Teacher Centered Learning (TCL) dan Student Centered Leaning (SCL) :
No.
Teacher Centered Learning (TCL)
Student Centered Leaning (SCL)
1.
Transformasi pengetahuan dari pendidik  ke peserta didik.
Peserta  didik aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.
2.
Peserta didik menerima pengetahuan secara pasif.
Peserta didik secara aktif terlibat dalam mengelola pengetahuan.
3.
Lebih menekankan pada penguasaan materi.
Tidak terfokus hanya pada penguasaan materi, tetapi juga mengembangkan sikap belajar.
4.
Fungsi pendidik sebagai pemberi informasi utama dan evaluator.
Fungsi pendidik sebagai motivator, fasilitator dan evaluator.
5.
Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan terpisah.
Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan berkesinambungan dan terintegrasi.
6.
Menekankan pada jawaban yang benar saja.
Penekanan pada proses pengembangan pengetahuan. Kesalahan dapat digunakan sebagai sumber belajar.
7.
Sesuai dengan pengembangan ilmu dalam satu disiplin saja.
Sesuai dengan pengembangan ilmu dengan pendekatan interdisipliner.
8.
Iklim belajar individual dan kompetitif.
Iklim yang dikembangkan bersifat kolaboratif, suportif dan kooperatif.
9.
Hanya peserta didik yang dianggap melakukan proses pembelajaran.
Peserta didik dan pendidik belajar bersama dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
10.
Penekanan pada tuntasnya materi pembelajaran.
Penekanan pada pencapaian kompetensi peserta didik
11.
Penekanan pada bagaimana cara pendidik melakukan pengajaran.
Penekanan pada bagaimana cara peserta didik melakukan pembelajaran.
12.
Cenderung penekanan pada penguasaan Hard-Skill peserta didik
Penekanan pada pengusaan Hard Skill dan Soft Skill.
13.
Lebih terikat pada tata bahasa, (peserta didik menggunakan pengertian sesuai dengan pengertian dari guru)
Kurang terikat dengan tata bahasa, peserta didik memakai kata-kata yang sesuai dengan pengertiannya
14.
Kelas tenang
Kelas bising

C.    Kelebihan dan kelemahan Teacher Centered Learning (TCL) dan Student Centered Leaning (SCL)

kelebihan
kelemahan
Teacher Centered Learning (TCL)
1.    Informasi dapat diberikan kepada peserta didik dalam waktu yang singkat.
2.    Pendidik mengendalikan organisasi, materi, dan waktu sepenuhnya.
3.    Apabila pembejaran diberikan dengan baik, maka dapat menimbulkan inspirasi dan stimulasi bagi para peserta didik.
4.     Pada umumnya penilaian dilakukan secara cepat dan mudah
1.    Pendidik mengendalikan pengetahuan sepenuhnya.
2.    Terjadi komunikasi satu arah .
3.    Tidak kondusif untuk terjadinya critical thinking.
4.    Mendorong terjadinya pembelajaran secara pasif .
5.    Pada jenjang yang lebih tinggi bukan merupakan cara pembelajaran yang optimal.
Student Centered Leaning (SCL)
1.    Menyertakan peserta didik di dalam proses pembelajaran.
2.    Mendorong peserta didik  untuk memiliki pengetahuan yang lebih banyak/ luas/ dalam.
3.    Mendorong terjadinya pembelajaran secara aktif.
4.    Mendorong terjadinya critical thinking.
5.    Mengarahkan peserta didik  untuk mengenali dan menggunakan berbagai macam gaya belajar.
6.    Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang peserta didik.
1.    Untuk peserta didik dalam  jumlah yang banyak sulit untuk diimplementasikan.
2.    Ada kemungkinan untuk menggunakan waktu yang lebih banyak.
3.    Belum tentu efektif untuk beberapa mapel.
4.    Belum tentu sesuai untuk peserta didik yang tak terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis.




D.    Penerapan Model-model Pembelajaran Student Centered Leaning (SCL) dalam Proses Pembelajaran Bahasa Mandarin
Student Centered Learning memiliki potensi untuk mendorong peserta didik belajar lebih aktif, mandiri, sesuai dengan irama belajarnya masing-masing dan sesuai dengan perkembangan usia peserta didik.
Beberapa model pembelajaran SCL adalah sebagai berikut:
1.      Small Group Discussion (SGD)
Metode diskusi merupakan model pembelajaran yang melibatkan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain dan pengajar untuk menganalisa, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.
Metode ini dapat digunakan ketika akan menggali ide, menyimpulkan poin penting, mengakses tingkat skill dan pengetahuan peserta didik, mengkaji kembali topik di kelas sebelumnya, membandingkan teori dan isu, dan dapat juga untuk menyelesaikan masalah.
Peserta didik akan belajar untuk menjadi pendengar yang baik, bekerjasama menyelesaikan tugas, memberikan dan menerima umpan balik, menghormati perbedaan pendapat, mendukung pendapat dengan bukti, serta menghargai sudut pandang yang bervariasi.
Contoh : siswa dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi dan disajikan sebuah masalah, contohnya beberapa kalimat rancu dalam Bahasa Mandarin, dalam kelompok ini siswa diminta membenarkan kalimat rancu tersebut dan menukarkan hasil diskusi tersebut ke kelompok lain dan kelompok lain memberikan penilaian terhadap kalimat rancu yang sudah dibenarkan tersebut.
2.      Role-Play and Simulation
Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Simulasi ini dapat berbentuk permainan peran (role playing). Peserta  didik  dapat mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah baik masalah nya sendiri maupun masalah dalam suatu tim, mengembangkan kemampuan empati dan lain-lain.
Contoh : metode ini juga dapat dipraktekan dengan praktek berdialog berbahasa mandarin di depan kelas. Siswa disuguhi tema tentang kegiatan sehari-hari kemudian dari tema tersebut siswa dapat membuat dialog dengan teman sebangku atau partner lain, setelah itu dapat dipresentasikan di depan kelas.
3.      Discovery Learning
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar atau penelitian kepada peserta didik dengan tujuan supaya peserta didik dapat mencari sendiri jawabannya yang dapat diperoleh melalui internet atau melalui buku, Koran, majalah dan sumber lainnya.
Contoh : siswa diberi tugas oleh guru berupa “Kliping Kebudayaan Tiongkok” dengan mencari dari berbagai sumber maka siswa dapat mengetahui berbagai macam kebudayaan Tingkok, karena mempelajari bahasa bukan berarti kita belajar mengenai bahasanya juga melainkan kebudayaan juga harus disertakan dalam pembelajaran.
4.      Self-Directed Learning
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada peserta didik, seperti tugas membaca dan membuat ringkasan. SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu sendiri. Peserta didik sendiri yang merencanakan, melaksanakan dan menilai sendiri terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan.
Peran pendidik dalam metode ini hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan individu tersebut.
Manfaat dari metode ini adalah menyadarkan dan memberdayakan peserta didik, bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri. Individu didorong untuk bertanggung jawab terhadap semua fikiran dan tindakan yang dilakukannya.
Untuk dapat menerapkan metode ini, sebelumnya kita harus dapat memenuhi asumsi bahwa kemampuan peserta didik semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri.
Contoh : guru memberikan tugas kepada siswa berupa “Menulis Hanzi dengan Urutan Penulisannya” hal ini akan membantu siswa mengingat karakter Mandarin dan urutan penulisannya, karena sebagaimana kita tahu bahwa karakter Mandarin mempunyai aturan baku dalam penulisannya.
5.      Cooperative Learning
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, peserta didik dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab, Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi. kooperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu menyelesaikan persoalan. 
Disisi lain CL bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan mengasah kebiasaan belajar aktif pada diri peserta didik, rasa tanggungjawab individu dan kelompok, kemampuan dan ketrampilan bekerjasama antar peserta didik.
Contoh : siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa di setiap kelompoknya, guru memberikan teks bacaan berbahsa Mandarin untuk didiskusikan dan memprresentasikannya di depan kelas, presentasi dapatt meliputi aspek kebahasaan, moral maupun unsure ekstrinsik/intrinsik.
6.      Contextual Instruction (CI)
CI adalah konsep belajar yang membantu pendidik mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi peserta didik untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat.
Pembelajaran ini dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan peserta didik (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran peserta didik menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan.
Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas peserta didik, peserta didik melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat.
Contoh : pembelajaran menulis hanzi dengan mengenalkan radikal merupakan salah satu metode untuk mengenalkan karakter Mandarin kepada anak didik, dengan radikal yang mewakili berbagai unsur kehidupan siswa diharapkan dapat mengetahui makna dan arti sebuah karakter Mandarin.
7.      Project-based Learning (PjBL)
Metode pembelajaran ini adalah memberikan tugas-tugas project yang harus diselesaikan oleh peserta didik dengan mencari sumber pustaka sendiri.
Contoh : siswa diberi tugas untuk membaca bacaan dalam bahasa Mandarin dari berbagai sumber, siswa membuat catatan kecil yang nantinya berfungsi sebagai bahan untuk presentasi di depan kelas.
8.      Problem Based Learning (PBL)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah dalam kehidupan nyata peserta didik. Peserta didik harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut.
Contoh : siswa mencari kata-kata baru yang bertemakan lingkungan sekolah dengan mengobservasi lingkungan sekitar sekolah, setelah itu siwa mencari kata-kata tersebut dalam bahasa mandarin. Untuk nantinya dijadikan kosa kata baru yang harus dihafalkan.
9.      Collaborative Learning (CbL)
CbL adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerja sama antar peserta didik yang didasarkan pada konsensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok.
Masalah/tugas/kasus memang berasal dari pendidik, tetapi pembentukan kelompok, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok, semuanya ditentukan bersama antar anggota kelompok.
Metode ini memungkinkan peserta untuk mencari dan menemukan jawaban sebanyak mungkin, saling berinteraksi untuk menggali semua kemungkinan yang ada.
Contoh : suatu kelas diberikan suatu masalah oleh guru mata pelajaran bahasa Mandarin dalam mengartikan beberapa kalimat yang harus diselesaikan secara kelompok kecil, kelas ditugaskan membagi kelompok sendiri dan memtuskan peran anggota kelompok sendiri-sendiri sesuai dengan keputusan mufakat bersama.





BAB III
PENUTUP

A.       Simpulan
1.     Student Centered Learning (SCL) merupakan suatu model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar, Student Centered Learning (SCL) menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu.
2.     Teacher Centered Learning (TCL) merupakan suatu sistem pembelajaran dimana pendidik merupakan pusat pembelajaran, sedangkan Student Centered Leaning (SCL) merupakan suatu sistem pembelajaran dimana peserta didik sebagai pusat pembelajaran.
3.     Teacher Centered Learning (TCL) dan Student Centered Leaning (SCL) memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebaiknya dalam proses pembelajaran kedua metode ini dipakai agar kelebihan dan kekurangannya dapat diatasi.
4.     Beberapa model pembelajaran SCL seperti Small Group Discussion (SGD), Role-Play and Simulation, Discovery Learning, Self-DirectedLearning, Cooperative Learning, Contextual Instruction (CI), Project-based Learning (PjBL),Problem Based Learning (PBL), danCollaborative Learning (CbL) dapat diterapkan dalam proses pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Mandarin.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar