MAKALAH
SISWA SEBAGAI SUBJEK DALAM
PEMBELAJARAN
( STUDENT
CENTERED LEARNING)
Untuk
Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Perencanaan
Pembelajaran
Disusun Oleh :
1.
Rudi Hartono 122774014
2.
Widarti 122774020
3.
Laurentia Widya .K. 122774021
4.
Firda Aulia .U. 122774023
5.
Adri Acintya .P. 122774045
PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN
FAKULTAS BAHASA DAN
SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan
kepada Tuhan YME karena atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Makalah
ini dibuat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Bahasa Mandarin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa adanya uluran tangan dan partisipasi
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
·
Dra. Heni Subandiyah, M.Hum. selaku dosen pembimbing mata kuliah Perencanaan
Pembelajaran
Bahasa Mandarin
·
Orang
tua penulis yang telah memberi dukungan moral dan material sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
·
Teman – teman yang selalu memberi
dukungan serta saran agar penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak
kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah oleh penulis
di masa yang akan datang.
Akhirnya
besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua orang yang
membaca pada umumnya.
Surabaya, 2 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR
......................................................................... iii
DAFTAR ISI
........................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.................................................. ...... 1
B.
Rumusan Masalah
................................................................
1
C.
Metode Penulisan.................................................................
2
D.
Tujuan dan Manfaat
.............................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
SCL
………………………………….............. 3
B.
Perbedaan TCL dan SCL…………………………………. 4
C.
Kelebihan dan kelemahan TCL dan SCL…………........... 9
D.
Model-model pembelajaran dalam
SCL................ ……..... 13
E.
Penerapan
SCL dalam proses pembelajaran Bahasa
Mandarin
............................................................................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
..............................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Dunia pendidikan saat ini sedang diguncang dengan berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Pendidikan sendiri ditantang untuk dapat menjawab berbagai permasalahan dan perubahan
global yang berkembang begitu
pesat, seperti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
informasi, seni, dan budaya. Perkembangan tersebut harus sejalan dengan perkembangan dunia
pendidikan yaitu dalam suatu proses
pembelajaran
yang efektif dan efisien.
Pembelajaran
yang efektif dan efisien merujuk pada Fungsi dan tujuan pendidikan
Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (Sidiknas, Pasal
3) yang berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi Warga Negara yang
demokratis.
Perubahan paradigma
dalam proses pembelajaran di Indonesia yang awalnya berpusat pada pengajar atau
yang lebih dikenal Teacher Centered
Learning (TCL) menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau yang lebih dikenal Student Centered Learning (SCL)
diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam
membangun pengetahuan, sikap, dan perilaku.
Dalam proses
SCL, peserta didik memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri
pengetahuannya, sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam , dan
pada akhimya dapat meningkatkan mutu kualitas peserta didik. Melalui penerapan
SCL peserta didik harus berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang
untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisis dan dapat memecahkan
masalah-masalahnya sendiri. Metode SCL kini
dianggap lebih sesuai dengan kondisi masa kini. Student Centered Learning (SCL) menekankan
pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu.
Model belajar ini dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang
dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri,
kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi
dan bekerja dalam tim, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap
perubahan dan perkembangan jaman.
Oleh karena itu, penulis menyusun sebuah
makalah yang berjudul “Siswa Sebagai Subjek
Dalam Pembelajaran (Student Centered Learning)” dengan harapan agar
makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai konsep dasar Student Centered Learning (SCL).
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengertian
SCL menurut beberapa ahli?
2. Bagaimanakah perbedaan
TCL dan SCL ?
3. Apa saja kelebihan
dan kelemahan TCL dan SCL ?
4. Bagaimana penerapan model-model pembelajaran SCL
dalam proses pembelajaran Bahasa Mandarin?
C.
Tujuan
Merujuk pada latarbelakang dan rumusan masalah,
adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Memaparkan pengertian
SCL menurut beberapa ahli.
2. Mendeskripsikan
perbedaan TCL dan SCL.
3. Memaparkan kelebihan
dan kelemahan TCL dan SCL.
4. Mendeskripsikan penerapan model-model pembelajaran SCL
dalam proses pembelajaran Bahasa Mandarin.
D.
Manfaat
Adapun manfaat yang dapat
diperoleh adalah sebagai berikut :
1.
Manfaat teoritis: makalah ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu pendidikan di
Indonesia, utamanya mengenai pembelajaran bahasa Mandarin.
2.
Manfaat praktis : konsep dasar Student Centered Learning (SCL) dalam makalah ini diharapkan dapat diterapkan oleh
guru di Indonesia, khusunya
guru bahasa Mandarin.
E.
Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah
ini yaitu metode literatur. Metode literatur merupakan metode
pengumpulan data dengan cara membaca
buku-buku dan situs-situs internet yang mendukung dan menunjang dalam pembuatan
dan penyusunan makalah, sekaligus
dijadikan sebagai landasan dalam penulisan suatu makalah.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A.
Pengertian Student Centered Learning (SCL)
Berikut ini beberapa pengertian SCL dari berbagai
literatur:
- Harmon SW (1996), “Student Centered Learning (SCL) is where students work in both groups and individually to explore problems and become active knowledge workers rather than passive knowledge recipients. “
·
Cannon (2000), Student-centred
learning describes ways of thinking about learning and teaching that emphasise
student responsibility for such activities as planning learning, interacting
with teachers and other students, researching, and assessing learning.
- Rogers (1983), SCL merupakan hasil dari transisis perpidahan kekuatan dalam proses pembelajaran, dari kekuatan pendidik sebagai pakar menjadi kekuatan peserta didik sebagai pembelajar. Perubahan ini terjadi setelah banyak harapan untuk memodifikasi atmosfer pembelajaran yang menyebabkan peserta didik menjadi pasif, bosan dan resisten.
- Harden dan Crosby (2000), SCL menekankan pada siswa sebagai pembelajar dan apa yang dilakukan siswa untuk sukses dalam belajar dibanding dengan apa yang dilakukan oleh guru.
Dari berbagai definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa Student
Centered Learning (SCL) adalah suatu
model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses
belajar.Model pembelajaran ini berbeda dari model belajar Teacher Centered Learning (TCL) yang menekankan pada
transfer pengetahuan dari guru ke murid yang relatif bersikap
pasif.
Dalam menerapkan konsep Student Centered
Leaning (SCL), peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan mandiri dalam
proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinisiatif untuk mengenali
kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab
kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan
kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya.
Dengan anggapan bahwa
tiap peserta didik adalah individu yang unik, maka proses, materi dan metode belajar disesuaikan
secara fleksibel dengan minat, bakat, kecepatan, gaya serta strategi belajar
dari tiap peserta didik, hal ini bertujuan untuk menggali motivasi
intrinsik dari dalam dirinya sendiri untuk belajar sesuai dengan kebutuhannya
secara individu, bukan kebutuhan yang diseragamkan.
B.
Perbedaan
Teacher Centered
Learning
(TCL) dan Student Centered Leaning (SCL)
Berikut adalah Gambaran perbedaan antara Teacher Centered
Learning (TCL) dan Student Centered Leaning (SCL) :
No.
|
Teacher Centered
Learning
(TCL)
|
Student Centered Leaning (SCL)
|
1.
|
Transformasi
pengetahuan dari pendidik ke peserta didik.
|
Peserta didik aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari.
|
2.
|
Peserta didik
menerima pengetahuan secara pasif.
|
Peserta didik
secara aktif terlibat dalam mengelola pengetahuan.
|
3.
|
Lebih
menekankan pada penguasaan materi.
|
Tidak
terfokus hanya pada penguasaan materi, tetapi juga mengembangkan sikap
belajar.
|
4.
|
Fungsi pendidik
sebagai pemberi informasi utama dan evaluator.
|
Fungsi pendidik
sebagai motivator, fasilitator dan evaluator.
|
5.
|
Proses
pembelajaran dan penilaian dilakukan terpisah.
|
Proses
pembelajaran dan penilaian dilakukan berkesinambungan dan terintegrasi.
|
6.
|
Menekankan
pada jawaban yang benar saja.
|
Penekanan
pada proses pengembangan pengetahuan. Kesalahan dapat digunakan sebagai
sumber belajar.
|
7.
|
Sesuai dengan
pengembangan ilmu dalam satu disiplin saja.
|
Sesuai dengan
pengembangan ilmu dengan pendekatan interdisipliner.
|
8.
|
Iklim belajar
individual dan kompetitif.
|
Iklim yang
dikembangkan bersifat kolaboratif, suportif dan kooperatif.
|
9.
|
Hanya peserta
didik yang dianggap melakukan proses pembelajaran.
|
Peserta didik
dan pendidik belajar bersama dalam mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.
|
10.
|
Penekanan
pada tuntasnya materi pembelajaran.
|
Penekanan
pada pencapaian kompetensi peserta didik
|
11.
|
Penekanan
pada bagaimana cara pendidik melakukan pengajaran.
|
Penekanan
pada bagaimana cara peserta didik melakukan pembelajaran.
|
12.
|
Cenderung
penekanan pada penguasaan Hard-Skill peserta didik
|
Penekanan
pada pengusaan Hard Skill dan Soft Skill.
|
13.
|
Lebih terikat pada tata bahasa, (peserta didik menggunakan
pengertian sesuai dengan pengertian dari guru)
|
Kurang terikat dengan tata bahasa, peserta didik memakai kata-kata yang sesuai dengan
pengertiannya
|
14.
|
Kelas tenang
|
Kelas bising
|
C.
Kelebihan dan kelemahan Teacher Centered
Learning
(TCL) dan Student Centered Leaning (SCL)
|
kelebihan
|
kelemahan
|
Teacher Centered Learning
(TCL)
|
1.
Informasi dapat diberikan kepada peserta didik dalam
waktu yang singkat.
2.
Pendidik mengendalikan organisasi, materi, dan waktu
sepenuhnya.
3.
Apabila pembejaran diberikan dengan baik, maka dapat
menimbulkan inspirasi dan stimulasi bagi para peserta didik.
4.
Pada umumnya
penilaian dilakukan secara cepat dan mudah
|
1.
Pendidik mengendalikan pengetahuan sepenuhnya.
2.
Terjadi komunikasi satu arah .
3.
Tidak kondusif untuk terjadinya critical thinking.
4.
Mendorong terjadinya pembelajaran secara pasif .
5.
Pada jenjang yang lebih tinggi bukan merupakan cara
pembelajaran yang optimal.
|
Student Centered
Leaning (SCL)
|
1.
Menyertakan peserta didik di dalam proses pembelajaran.
2.
Mendorong peserta didik
untuk memiliki pengetahuan yang lebih banyak/ luas/ dalam.
3.
Mendorong terjadinya pembelajaran secara aktif.
4.
Mendorong terjadinya critical thinking.
5.
Mengarahkan peserta didik untuk mengenali dan menggunakan berbagai
macam gaya belajar.
6.
Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang peserta
didik.
|
1.
Untuk peserta didik dalam jumlah yang banyak sulit untuk
diimplementasikan.
2.
Ada kemungkinan untuk menggunakan waktu yang lebih
banyak.
3.
Belum tentu efektif untuk beberapa mapel.
4.
Belum tentu sesuai untuk peserta didik yang tak
terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis.
|
D.
Penerapan Model-model Pembelajaran Student Centered Leaning (SCL) dalam Proses Pembelajaran Bahasa Mandarin
Student Centered
Learning memiliki potensi untuk mendorong peserta didik belajar lebih
aktif, mandiri, sesuai dengan irama belajarnya masing-masing dan sesuai dengan
perkembangan usia peserta didik.
Beberapa
model pembelajaran SCL adalah sebagai berikut:
1.
Small
Group Discussion (SGD)
Metode diskusi merupakan model
pembelajaran yang melibatkan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang
lain dan pengajar untuk menganalisa, menggali atau memperdebatkan topik atau
permasalahan tertentu.
Metode ini dapat digunakan
ketika akan menggali ide, menyimpulkan poin penting, mengakses tingkat skill
dan pengetahuan peserta didik, mengkaji kembali topik di kelas sebelumnya,
membandingkan teori dan isu, dan dapat juga untuk menyelesaikan masalah.
Peserta didik
akan belajar untuk menjadi pendengar yang baik, bekerjasama menyelesaikan tugas,
memberikan dan menerima umpan balik, menghormati perbedaan pendapat, mendukung
pendapat dengan bukti, serta menghargai sudut pandang yang bervariasi.
Contoh : siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok diskusi dan disajikan sebuah masalah, contohnya beberapa
kalimat rancu dalam Bahasa Mandarin, dalam kelompok ini siswa diminta
membenarkan kalimat rancu tersebut dan menukarkan hasil diskusi tersebut ke
kelompok lain dan kelompok lain memberikan penilaian terhadap kalimat rancu
yang sudah dibenarkan tersebut.
2.
Role-Play
and Simulation
Simulasi adalah model yang membawa
situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Simulasi ini dapat
berbentuk permainan peran (role playing). Peserta didik
dapat mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah baik masalah nya
sendiri maupun masalah dalam suatu tim, mengembangkan kemampuan empati dan
lain-lain.
Contoh : metode ini
juga dapat dipraktekan dengan praktek berdialog berbahasa mandarin di depan
kelas. Siswa disuguhi tema tentang kegiatan sehari-hari kemudian dari tema
tersebut siswa dapat membuat dialog dengan teman sebangku atau partner lain,
setelah itu dapat dipresentasikan di depan kelas.
3.
Discovery
Learning
Metode
ini berbentuk pemberian tugas belajar atau penelitian kepada peserta didik dengan tujuan
supaya peserta didik dapat mencari
sendiri jawabannya yang dapat diperoleh melalui internet atau melalui buku,
Koran, majalah dan sumber lainnya.
Contoh : siswa diberi tugas oleh guru berupa “Kliping Kebudayaan Tiongkok”
dengan mencari dari berbagai sumber maka siswa dapat mengetahui berbagai macam
kebudayaan Tingkok, karena mempelajari bahasa bukan berarti kita belajar
mengenai bahasanya juga melainkan kebudayaan juga harus disertakan dalam
pembelajaran.
4.
Self-Directed
Learning
Metode
ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada peserta didik, seperti tugas membaca dan membuat
ringkasan. SDL adalah proses belajar yang
dilakukan atas inisiatif individu sendiri. Peserta didik sendiri yang
merencanakan, melaksanakan dan menilai sendiri terhadap pengalaman belajar yang
telah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan.
Peran pendidik dalam metode ini hanya bertindak sebagai fasilitator, yang
memberi arahan, bimbingan dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah
dilakukan individu tersebut.
Manfaat dari metode ini adalah menyadarkan dan memberdayakan peserta didik,
bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri. Individu didorong untuk
bertanggung jawab terhadap semua fikiran dan tindakan yang dilakukannya.
Untuk
dapat menerapkan metode ini, sebelumnya kita harus dapat memenuhi asumsi bahwa
kemampuan peserta didik semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada
orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri.
Contoh
: guru memberikan tugas kepada siswa berupa “Menulis Hanzi dengan Urutan
Penulisannya” hal ini akan membantu siswa mengingat karakter Mandarin dan
urutan penulisannya, karena sebagaimana kita tahu bahwa karakter Mandarin
mempunyai aturan baku dalam penulisannya.
5. Cooperative Learning
Pembelajaran
koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar
berkelompok secara koperatif, peserta didik dilatih dan dibiasakan untuk saling
berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab, Saling membantu dan berlatih
beinteraksi-komunikasi-sosialisasi. kooperatif adalah miniature dari hidup
bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi
model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu menyelesaikan persoalan.
Disisi
lain CL bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan mengasah kebiasaan belajar
aktif pada diri peserta didik, rasa tanggungjawab individu dan kelompok,
kemampuan dan ketrampilan bekerjasama antar peserta didik.
Contoh
: siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa di setiap
kelompoknya, guru memberikan teks bacaan berbahsa Mandarin untuk didiskusikan
dan memprresentasikannya di depan kelas, presentasi dapatt meliputi aspek
kebahasaan, moral maupun unsure ekstrinsik/intrinsik.
6.
Contextual Instruction (CI)
CI adalah konsep belajar yang membantu pendidik mengaitkan isi mata
pelajaran dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi
peserta didik untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya
dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat.
Pembelajaran ini dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah,
terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan peserta didik
(daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan
disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran peserta didik menjadi
konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan.
Prinsip
pembelajaran kontekstual adalah aktivitas peserta
didik, peserta
didik melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat.
Contoh : pembelajaran menulis hanzi dengan mengenalkan radikal merupakan
salah satu metode untuk mengenalkan karakter Mandarin kepada anak didik, dengan
radikal yang mewakili berbagai unsur kehidupan siswa diharapkan dapat
mengetahui makna dan arti sebuah karakter Mandarin.
7.
Project-based Learning (PjBL)
Metode
pembelajaran ini adalah memberikan tugas-tugas project yang harus diselesaikan
oleh peserta didik dengan mencari sumber
pustaka sendiri.
Contoh : siswa diberi
tugas untuk membaca bacaan dalam bahasa Mandarin dari berbagai sumber, siswa
membuat catatan kecil yang nantinya berfungsi sebagai bahan untuk presentasi di
depan kelas.
8.
Problem
Based Learning (PBL)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini
melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
berorientasi pada masalah dalam kehidupan nyata peserta didik. Peserta didik
harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat
memecahkan masalah tersebut.
Contoh : siswa mencari kata-kata baru yang bertemakan lingkungan sekolah
dengan mengobservasi lingkungan sekitar sekolah, setelah itu siwa mencari
kata-kata tersebut dalam bahasa mandarin. Untuk nantinya dijadikan kosa kata
baru yang harus dihafalkan.
9.
Collaborative Learning (CbL)
CbL
adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerja sama antar peserta didik yang didasarkan
pada konsensus yang dibangun sendiri
oleh anggota kelompok.
Masalah/tugas/kasus
memang berasal dari pendidik, tetapi pembentukan kelompok, prosedur
kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai
dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok, semuanya ditentukan bersama
antar anggota kelompok.
Metode ini memungkinkan peserta untuk mencari dan menemukan jawaban
sebanyak mungkin, saling berinteraksi untuk menggali semua kemungkinan yang
ada.
Contoh : suatu kelas diberikan suatu masalah oleh guru mata pelajaran bahasa
Mandarin dalam mengartikan beberapa kalimat yang harus diselesaikan secara
kelompok kecil, kelas ditugaskan membagi kelompok sendiri dan memtuskan peran
anggota kelompok sendiri-sendiri sesuai dengan keputusan mufakat bersama.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Student Centered Learning (SCL) merupakan suatu model
pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar, Student Centered Learning (SCL) menekankan pada minat,
kebutuhan dan kemampuan individu.
2. Teacher Centered Learning
(TCL) merupakan suatu sistem
pembelajaran dimana pendidik merupakan
pusat pembelajaran, sedangkan Student Centered Leaning (SCL) merupakan suatu sistem
pembelajaran dimana peserta didik
sebagai pusat pembelajaran.
3. Teacher Centered Learning
(TCL) dan Student Centered Leaning (SCL) memiliki kelebihan dan
kekurangan. Sebaiknya
dalam proses pembelajaran kedua metode ini dipakai agar kelebihan dan
kekurangannya dapat diatasi.
4.
Beberapa model
pembelajaran SCL seperti Small Group Discussion (SGD), Role-Play and Simulation, Discovery Learning, Self-DirectedLearning, Cooperative Learning, Contextual
Instruction (CI), Project-based
Learning (PjBL),Problem Based Learning (PBL), danCollaborative
Learning (CbL) dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Mandarin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar