Rabu, 28 Oktober 2015

makalah MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN ( DISCOVERY LEARNING )



MAKALAH

MODEL  PEMBELAJARAN PENEMUAN
( DISCOVERY LEARNING )

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran



 


Disusun Oleh :

1.      Yeni Nurvita Sari                    122774004
2.      Widarti                                    122774020
3.      Validio Rose  Sujianto            122774027
4.      Dian Bagus Wicaksono           122774033
5.      Nindya Alfrida                       122774041

PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME karena atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini dibuat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa adanya uluran tangan dan partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
·         Dr. Urip Zaenal Fanani, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Strategi Pembelajaran
·         Orang tua penulis yang telah memberi dukungan moral dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
·         Teman – teman yang selalu memberi dukungan serta saran agar penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah oleh penulis di masa yang akan datang.
Akhirnya besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua orang yang membaca pada umumnya.

Surabaya,  14 April 2014



      Penulis

       
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .....................................................................
KATA PENGANTAR  ..................................................................
DAFTAR ISI  .................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang Masalah................................................
B.            Rumusan Masalah ........................................................
C.            Metode  Penulisan.........................................................
D.           Tujuan dan Manfaat .....................................................
BAB II  PEMBAHASAN
A.           Pengertian Model Pembelajaran Penemuan  ………….
B.            Tujuan Model Pembelajaran Penemuan  ………………
C.            Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Penemuan ……………………………………………...
D.           Pembelajaran Penemuan Terbimbing …………………
E.            Sintaks Pembelajaran Penemuan Terbimbing ………
F.             Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing …….
BAB III PENUTUP
A.      Simpulan ………………………………………………
B.      Saran …………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA  

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar belakang
Dalam mempelajari strategi pembelajaran, maka tidak akan lepas dari model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu rancanan yang di dalamnya menggambarkan sebuah proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada siswa. Model pembelajaran mempunyai banyak jenis, salah  satu nya yaitu model  pembelajaran penemuan.
Model  pembelajaran penemuan merupakan model pembelajaran yang mengacu pada keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan jawabannya. Di Indonesia Model  pembelajaran penemuan sering diterapkan karena mempunyai banyak keuntungan, diantaranya yaitu siswa akan belajar bagaimana belajar (learning how to learning)
Oleh karena itu, penulis  menyusun sebuah makalah yang berjudul “Model  Pembelajaran Penemuan ” dengan harapan agar makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan  pembaca secara lebih rinci mengenai konsep dasar model pembelajaran penemuan itu sendiri secara lebih rinci .

B.       Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah hakikat, kelebihan dan jenis dari  kelebihan model pembelajaran penemuan?
2.    Bagaimanakah  penerapan dari model pembelajaran penemuan khususnya pembelajaran penemuan terbimbing ?

C.       Metode penulisan
Metode  yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu  metode literatur. Metode literatur merupakan metode pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku dan situs-situs internet yang mendukung dan menunjang dalam pembuatan dan penyusunan makalah, sekaligus dijadikan sebagai landasan dalam penulisan suatu makalah.

D.       Tujuan dan Manfaat
Sebagaiman rumusan masalah di atas maka tujuan serta manfaat yang dapat diambil yaitu:
1.    Mengetahui hakikat, kelebihan dan jenis dari  kelebihan model pembelajaran penemuan.
2.    Mengetahui penerapan dari model pembelajaran penemuan khususnya pembelajaran penemuan terbimbing.
















BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A.       Pengertian Model  Pembelajaran Penemuan
Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ie menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.
Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.
Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Maier (Winddiharto:2004) yang menyatakan bahwa, apa yang ditemukan, jalan, atau proses semata – mata ditemukan oleh siswa sendiri.
Melalui pembelajaran penemuan, diharapkan siswa terlibat dalam penyelidikan suatu hubungan, mengumpulkan data, dan menggunakannya untuk menemukan hukum atau prinsip yang berlaku pada kejadian tersebut. Pembelajaran penemuan disusun dengan asumsi bahwa observasi yang teliti dan dilakukan dengan hati-hati serta mencari bentuk atau pola dari temuannya (dengan cara induktif) akan mengarahkan siswa kepada penemuan hukum-hukum atau prinsip-prinsip.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat.

B.       Tujuan  Model  Pembelajaran Penemuan
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
1.    Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
2.    Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
3.    Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
4.    Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
5.    Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
6.    Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

C.       Kelebihan dan Kekurangan  Model  Pembelajaran Penemuan
1.         Kelebihan Model  Pembelajaran Penemuan
a)    Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b)   Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan).
c)    meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving).
d)   Dapat meningkatkan motivasi siswa.
e)    Menimbulakan rasa puas bagi siswa. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
f)    Melatih siswa belajar mandiri
g)   Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
h)   Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya.
i)     Siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn).
j)     Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas.
k)   Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
2.         Kekurangan  Model  Pembelajaran Penemuan
a)    Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b)   Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.
c)    Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.

D.       Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru (PPPG, 2004:4)
Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan.
Seorang guru bidang studi, dalam mengaplikasikan metode discovery learning di kelas harus melakukan beberapa persiapan. Berikut ini tahap perencanaan menurut Bruner, yaitu:
a.    Menentukan tujuan pembelajaran.
b.     Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).
c.    Memilih materi pelajaran.
d.   Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).
e.    Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
f.     Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
g.    Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa (Suciati & Prasetya Irawan dalam Budiningsih, 2005:50).
Carin (1993) memberikan petunjuk dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran penemuan terbimbing sebagai berikut:
1.    Menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa.
2.    Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penemuan.
3.    Menentukan lembar pengamatan untuk siswa.
4.    Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap.
5.    Menentukan dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara individu atau secara kelompok yang terdiri dari 2,3 atau 4 siswa.
6.    Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa untuk mengetahui kesulitan yang mungkin timbul atau kemungkinan untuk modifikasi.
Untuk mencapai tujuan di atas Carin (1993a) menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1.    Memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang dilakukan.
2.    Memeriksa bahwa semua siswa memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang dilakukan.
3.    Sebelum kegiatan dilakukan menjelaskan pada siswa tentang cara bekerja yang aman.
4.    Mengamati setiap siswa selama mereka melakukan kegiatan.
5.    Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengembalikan alat dan bahan yang digunakan.
6.    Melakukan diskusi tentang kesimpulan untuk setiap jenis kegiatan.
E.       Sintaks Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Tahap-Tahap
Kegiatan Guru
Menjelaskan Tujuan/mempersiapkan siswa
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Memotivasi siswa dengan mendorong siswa terlibat dalam kegiatan
Orientasi siswa pada masalah
Memberikan masalah sederhana yang berkenaan dengan materi pembelajaran
Merumuskan hipotesis
Membing siswa dalam merumusknan hipotesis sesuai dengan masalah yang ada
Melakukan kegiatan penemuan
Membimbing siswa melakukan kegiatan penemuan dengan mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi yang diperlukan
Mempresentasikan hasil kegiatan penemuan
Membimbing siswa dalam menyajikan hasil kegiatan, merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
Mengevaluasi kegiatan penemuan
Mengevaluasi langkah-langkah kegitan yang telah dilakukan
Pembelajaran penemuan terbimbing pada dasarnya berusaha untuk memadukan metode teknik pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) dengan teknik pengajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Penemuan terbimbing membantu siswa belajar untuk mempelajari dan mendapatkan pengetahuan dan membangun konsep yang secara unik mereka miliki karena mereka menemukan sendiri. Penemuan terbimbing adalah bagaimana (maha)siswa mampu menyususn kembali data, agar mereka mampu berkembang melampaui fakta sebelumnya dan menyusun konsep baru. Penemuan terbimbing melibatkan siswa menemukan pengertian-pengertian mereka sendiri, dalam hal pengorganisasian (Carin, 1993).

F.        Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Adapun menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model Discovery Learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut:
a)    Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri (Taba dalam Affan, 1990:198). Tahap ini Guru bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.
b)   Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).
Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244).
c)    Data collection (pengumpulan data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya (Djamarah, 2002:22).
d)   Data processing (pengolahan data).
Menurut Syah (2004:244) data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
e)    Verification (pentahkikan/pembuktian).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41).
f)    Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu (Djamarah, 2002:22). Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi (Junimar Affan, 1990:198).

G.      Penerapan Model Pembelajaran Penemuan di Kelas bahasa Mandarin
1.    Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan memahami materi-materi berikut :
a.          Dalam bahasa lisan Mandarin , nada(shēngdiào -声调)dan karakter (Hànzi -汉字)mengkomunikasikan makna .
b.         Bahasa Mandarin menggunakan cara penulisan yang terdiri dari simbol-simbol yang disebut karakter(Hànzi -汉字) , masing-masing karakter memiliki arti tersendiri .
c.          Nama Mandarin terdiri dari beberapa karakter .
d.         Sebuah nama dalam huruf Mandarin dapat ditulis kembali sebagai sebuah kata dengan huruf-huruf alfabet Inggris, namun dalam penulisan tersebut terdapat nada di setiap huruf vokalnya( pīnyīn-拼音). Kemudian kita bisa mengucapkan nama Mandarin dan mencari tahu apa artinya .

2.    Identifikasi Karakteristik Cara Belajar Siswa
Karakteristik Belajar siswa : Audio, Visual, Kinestetik

3.    Materi Pelajaran
·      Contoh karakter China dari sumber cetak seperti surat kabar China, buku pelajaran atau dari sumber online.
·      Video mengenai nada serta cara pengucapan dalam bahasa Mandarin.
·      Daftar kata yang digunakan dalam nama-nama tempat ( misalnya nama-nama Propinsi yang ada di China).

4.    Penerapan di Kelas
Guru mengarahkan siswa untuk mendiskusikan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya mengenai dua perbedaan utama antara bahasa China dan Inggris  (Karakter dan pelafalan). Jika Anda memiliki siswa atau guru keturunan China di sekolah, cobalah untuk melibatkan mereka dalam instruksi dan demonstrasi berikut :
Bahasa lisan dalam Bahasa mandarin, pembicara menggunakan nada yang berbeda untuk mengubah arti dari suku kata .Misalnya(mā) yang berarti ibu, anda melafalkannya sambil menggunakan tangan dari kiri ke kanan secara datar. Kemudian memberikan contoh yang lainnya(mă) yang berarti kuda, anda melafalkannya sambil menggunakan tangan anda dan membuat pola nada seperti huruf “U”. Bahasa tulis dalam Bahasa mandarin, kata muncul tidak dalam huruf tetapi sebagai satu atau lebih gambar , yang disebut karakter(Hànzi -汉字). Anda memperlihatkan bahan untuk sumber karakter sampel.
Guru menjelaskan kebanyakan orang di luar China tidak bisa membaca karakter China (Hànzi -汉字). Maka perlu adanya ahli bahasa yang harus datang untuk menulis karakter-karakterChina dengan huruf yang kita gunakan dalam bahasa Indonesia . Tuliskan nama tempat berikut di papan tulis , dan tanyakan kepada siswa apakah mereka akrab dengan salah satu dari daftar nama-nama tempat berikut :Beijing , Nanjing, Yunan, Sichuan.
Jika siswa tidak akrab dengan keempat nam tempat tersebut , maka Guru harus menunjukkan kepada siswa mengenai peta Negara China . Kemudian membahas lebih lanjut mengenai nama tersebut dan lebih jauh tentang Negara China.
5.    Penilaian Hasil Belajar Siswa 
Proses mengevaluasi mengenai hasil belajar siswa, apakah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Evaluasi yang meliputi partisipasi siswa  dalam pelajaran kelas , interaksi dengan siswa lain, kerjasama, pengendalian diri, dan lain-lain














BAB III
PENUTUP

A.       Simpulan
1.    Pembelajaran discovery learning (penemuan) merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivisme. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri. Pembelajaran penemuan memliki beberapa kelebihan. Pembelajaran penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk terus bekerja hingga menemukan jawaban. Siswa melalui pembelajaran penemuan mempunyai kesempatan untuk berlatih menyelesaikan soal, mempertajam berpikir kritis secara mandiri, karena mereka harus menganalisa dan memanipulasi informasi. Pembelajaran penemuan juga mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya dapat menghasilkan kesalahan dan membuang-buang waktu, dan tidak semua siswa dapat melakukan penemuan.
2.    Aplikasikan model Discovery Learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah: Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah), Data collection (pengumpulan data), Data processing (pengolahan data), Verification (pentahkikan/pembuktian), menarik kesimpulan (generalisasi).
B.     Saran
Karena model pembelajaran discovery learning hanya dapat dipakai untuk materi materi tertentu, maka seorang guru atau seorang calon guru disarankan agar mampu memilih dan memilah materi mana yang tepat dan cocok yang dapat diterapkan dalam proses belajar agar tidak menyita waktunya juga tidak hanya melibatkan beberapa siswa saja, karena model pembelajaran discovery diperlukan keaktifan seluruh siswa. Selain itu alat – alat bantu mengajar (audio visual, dll) haruslah diusahakan oleh guru atau calon guru yang hendak menerapkan metode ini, tujuannya untuk memberikan siswa pengalaman langsung.







 

1 komentar: