MAKALAH
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN
(
DISCOVERY LEARNING )
Untuk
Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Strategi
Pembelajaran
Disusun Oleh :
1.
Yeni
Nurvita Sari 122774004
2.
Widarti 122774020
3.
Validio
Rose Sujianto 122774027
4.
Dian
Bagus Wicaksono 122774033
5.
Nindya
Alfrida 122774041
PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN
FAKULTAS BAHASA DAN
SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan
kepada Tuhan YME karena atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Makalah
ini dibuat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa adanya uluran tangan dan partisipasi
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
·
Dr. Urip Zaenal Fanani, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Strategi Pembelajaran
·
Orang
tua penulis yang telah memberi dukungan moral dan material sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik
·
Teman – teman yang selalu memberi
dukungan serta saran agar penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak
kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah oleh penulis
di masa yang akan datang.
Akhirnya
besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua orang yang
membaca pada umumnya.
Surabaya, 14 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN .....................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................
DAFTAR ISI
.................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah................................................
B.
Rumusan Masalah
........................................................
C.
Metode Penulisan.........................................................
D.
Tujuan dan Manfaat
.....................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Penemuan ………….
B.
Tujuan
Model Pembelajaran Penemuan ………………
C.
Kelebihan
dan kekurangan Model Pembelajaran Penemuan ……………………………………………...
D.
Pembelajaran
Penemuan Terbimbing …………………
E.
Sintaks
Pembelajaran Penemuan Terbimbing ………
F.
Penerapan
Pembelajaran Penemuan Terbimbing …….
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………………
B. Saran
…………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Dalam mempelajari
strategi pembelajaran, maka tidak akan lepas dari model pembelajaran. Model
pembelajaran merupakan suatu rancanan yang di dalamnya menggambarkan sebuah proses
pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan
maupun nilai-nilai kepada siswa. Model pembelajaran mempunyai banyak jenis,
salah satu nya yaitu model pembelajaran penemuan.
Model pembelajaran penemuan merupakan model
pembelajaran yang mengacu pada keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk
melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan jawabannya. Di Indonesia Model pembelajaran penemuan sering diterapkan
karena mempunyai banyak keuntungan, diantaranya yaitu siswa akan belajar
bagaimana belajar (learning how to learning)
Oleh karena itu, penulis menyusun sebuah makalah yang
berjudul “Model Pembelajaran Penemuan
” dengan harapan agar makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan pembaca
secara lebih rinci mengenai konsep dasar model pembelajaran penemuan itu sendiri secara lebih rinci .
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hakikat, kelebihan dan
jenis dari kelebihan model
pembelajaran penemuan?
2. Bagaimanakah penerapan dari model
pembelajaran penemuan khususnya pembelajaran penemuan terbimbing ?
C.
Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam
penyusunan makalah ini yaitu metode
literatur. Metode literatur merupakan metode pengumpulan data dengan cara
membaca buku-buku dan situs-situs internet yang mendukung dan menunjang dalam
pembuatan dan penyusunan makalah, sekaligus
dijadikan sebagai landasan dalam penulisan suatu makalah.
D.
Tujuan
dan
Manfaat
Sebagaiman
rumusan masalah di atas maka tujuan serta manfaat yang dapat diambil yaitu:
1. Mengetahui hakikat, kelebihan dan jenis
dari kelebihan model
pembelajaran penemuan.
2. Mengetahui penerapan dari model
pembelajaran penemuan khususnya pembelajaran penemuan terbimbing.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Pembelajaran Penemuan
Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan
penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif
mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong
siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Pengertian discovery
learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa
untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum
praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat
dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam
belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya
discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari
dengan suatu bentuk akhir.
Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang
terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan
mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ie menemukan informasi baru.
Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan
suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau
proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.
Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model
pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada
pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui
keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong
siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.
Pembelajaran Discovery
learning adalah model pembelajaran yang mengatur sedemikian rupa sehingga
anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui
pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi
sampai dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini
sejalan dengan pendapat Maier (Winddiharto:2004) yang menyatakan bahwa, apa
yang ditemukan, jalan, atau proses semata – mata ditemukan oleh siswa sendiri.
Melalui pembelajaran
penemuan, diharapkan siswa terlibat dalam penyelidikan suatu hubungan,
mengumpulkan data, dan menggunakannya untuk menemukan hukum atau prinsip yang
berlaku pada kejadian tersebut. Pembelajaran penemuan disusun dengan asumsi
bahwa observasi yang teliti dan dilakukan dengan hati-hati serta mencari bentuk
atau pola dari temuannya (dengan cara induktif) akan mengarahkan siswa kepada
penemuan hukum-hukum atau prinsip-prinsip.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan
cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka
hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah
dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir
analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini
akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat.
B.
Tujuan
Model
Pembelajaran Penemuan
Bell (1978)
mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni
sebagai berikut:
1. Dalam penemuan
siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat
ketika penemuan digunakan.
2. Melalui
pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit
maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi
tambahan yang diberikan.
3. Siswa juga
belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya
jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
4. Pembelajaran
dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif,
saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
5. Terdapat
beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
6. Keterampilan
yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih
mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar
yang baru.
C.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Penemuan
1.
Kelebihan
Model Pembelajaran Penemuan
a) Siswa dapat
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b) Menumbuhkan
sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan).
c) meningkatkan kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah (problem solving).
d) Dapat meningkatkan motivasi siswa.
e) Menimbulakan rasa puas bagi siswa.
Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat
belajarnya meningkat.
f) Melatih siswa belajar mandiri
g) Memberikan
wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa
juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
h) Materi yang
dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas
karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya.
i) Siswa belajar bagaimana belajar (learn
how to learn).
j) Meningkatkan
penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas.
k) Melatih
keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah
tanpa pertolongan orang lain.
2.
Kekurangan Model
Pembelajaran Penemuan
a) Untuk materi
tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b) Tidak semua
siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa
masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.
c) Tidak semua
topik cocok disampaikan dengan model ini.
D.
Pembelajaran
Penemuan Terbimbing
Model penemuan
terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana
ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri,
menganalisis sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan
atau data yang telah disediakan guru (PPPG, 2004:4)
Model penemuan
terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam
pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk
diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87).
Dari pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model
pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip
umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan.
Seorang guru
bidang studi, dalam mengaplikasikan metode discovery learning di kelas harus
melakukan beberapa persiapan. Berikut ini tahap perencanaan menurut Bruner,
yaitu:
a. Menentukan
tujuan pembelajaran.
b. Melakukan identifikasi karakteristik
siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).
c. Memilih materi
pelajaran.
d. Menentukan
topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh
generalisasi).
e. Mengembangkan
bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya
untuk dipelajari siswa.
f. Mengatur
topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkrit ke
abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
g. Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa (Suciati & Prasetya Irawan dalam
Budiningsih, 2005:50).
Carin (1993) memberikan petunjuk dalam merencanakan
dan menyiapkan pembelajaran penemuan terbimbing sebagai berikut:
1. Menentukan
tujuan yang akan dipelajari oleh siswa.
2. Memilih
metode yang sesuai dengan kegiatan penemuan.
3. Menentukan
lembar pengamatan untuk siswa.
4. Menyiapkan
alat dan bahan secara lengkap.
5. Menentukan
dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara individu atau secara kelompok
yang terdiri dari 2,3 atau 4 siswa.
6. Mencoba
terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa untuk mengetahui
kesulitan yang mungkin timbul atau kemungkinan untuk modifikasi.
Untuk mencapai tujuan di atas Carin (1993a) menyarankan
hal-hal sebagai berikut:
1.
Memberikan bantuan agar siswa
dapat memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang dilakukan.
2.
Memeriksa
bahwa semua siswa memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang
dilakukan.
3.
Sebelum
kegiatan dilakukan menjelaskan pada siswa tentang cara bekerja yang aman.
4.
Mengamati
setiap siswa selama mereka melakukan kegiatan.
5.
Memberikan
waktu yang cukup kepada siswa untuk mengembalikan alat dan bahan yang
digunakan.
6.
Melakukan
diskusi tentang kesimpulan untuk setiap jenis kegiatan.
E.
Sintaks
Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Tahap-Tahap
|
Kegiatan Guru
|
Menjelaskan
Tujuan/mempersiapkan siswa
|
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
Memotivasi
siswa dengan mendorong siswa terlibat dalam kegiatan
|
Orientasi
siswa pada masalah
|
Memberikan
masalah sederhana yang berkenaan dengan materi pembelajaran
|
Merumuskan
hipotesis
|
Membing
siswa dalam merumusknan hipotesis sesuai dengan masalah yang ada
|
Melakukan
kegiatan penemuan
|
Membimbing
siswa melakukan kegiatan penemuan dengan mengarahkan siswa untuk memperoleh
informasi yang diperlukan
|
Mempresentasikan
hasil kegiatan penemuan
|
Membimbing
siswa dalam menyajikan hasil kegiatan, merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
|
Mengevaluasi
kegiatan penemuan
|
Mengevaluasi
langkah-langkah kegitan yang telah dilakukan
|
Pembelajaran penemuan terbimbing pada dasarnya berusaha
untuk memadukan metode teknik pengajaran yang berpusat pada guru (teacher
centered) dengan teknik pengajaran yang berpusat pada siswa (student
centered). Penemuan terbimbing membantu siswa belajar untuk mempelajari dan
mendapatkan pengetahuan dan membangun konsep yang secara unik mereka miliki
karena mereka menemukan sendiri. Penemuan terbimbing adalah bagaimana
(maha)siswa mampu menyususn kembali data, agar mereka mampu berkembang
melampaui fakta sebelumnya dan menyusun konsep baru. Penemuan terbimbing
melibatkan siswa menemukan pengertian-pengertian mereka sendiri, dalam hal
pengorganisasian (Carin, 1993).
F.
Penerapan
Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Adapun menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan
model Discovery Learning di kelas
tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar
secara umum adalah sebagai berikut:
a) Stimulation
(stimulasi/pemberian rangsangan).
Pertama-tama
pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan
untuk menyelidiki sendiri (Taba dalam Affan, 1990:198). Tahap ini Guru bertanya
dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan
uraian yang memuat permasalahan. Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu
siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation
dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang
mendorong eksplorasi.
b) Problem statement
(pernyataan/ identifikasi masalah).
Setelah
dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah
2004:244).
c) Data collection
(pengumpulan data).
Ketika
eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian
anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi
yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya (Djamarah, 2002:22).
d) Data processing
(pengolahan data).
Menurut Syah
(2004:244) data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya,
lalu ditafsirkan. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/
kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari
generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang
alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
e) Verification
(pentahkikan/pembuktian).
Verification menurut
Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya (Budiningsih, 2005:41).
f) Generalization (menarik
kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalitation/
menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan
prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Atau tahap dimana berdasarkan
hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi
tertentu (Djamarah, 2002:22). Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata
prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi (Junimar Affan, 1990:198).
G. Penerapan Model Pembelajaran
Penemuan di Kelas bahasa
Mandarin
1. Tujuan Pembelajaran
Siswa diharapkan memahami materi-materi berikut
:
a.
Dalam bahasa lisan
Mandarin , nada(shēngdiào -声调)dan
karakter (Hànzi -汉字)mengkomunikasikan makna
.
b.
Bahasa Mandarin
menggunakan cara penulisan yang terdiri dari simbol-simbol yang disebut
karakter(Hànzi -汉字) , masing-masing
karakter memiliki arti tersendiri .
c.
Nama Mandarin terdiri
dari beberapa karakter .
d.
Sebuah nama dalam huruf
Mandarin dapat ditulis kembali sebagai sebuah kata dengan huruf-huruf alfabet
Inggris, namun dalam penulisan tersebut terdapat nada di setiap huruf vokalnya( pīnyīn-拼音).
Kemudian kita bisa mengucapkan nama Mandarin dan mencari tahu apa artinya .
2. Identifikasi Karakteristik Cara Belajar Siswa
Karakteristik Belajar siswa : Audio, Visual, Kinestetik
3.
Materi Pelajaran
·
Contoh karakter China
dari sumber cetak seperti surat kabar China, buku pelajaran atau dari sumber
online.
·
Video mengenai nada
serta cara pengucapan dalam bahasa Mandarin.
·
Daftar kata yang
digunakan dalam nama-nama tempat ( misalnya nama-nama Propinsi yang ada di
China).
4.
Penerapan
di Kelas
Guru
mengarahkan siswa untuk mendiskusikan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya mengenai
dua perbedaan utama antara bahasa China dan Inggris (Karakter dan pelafalan). Jika Anda memiliki siswa atau guru keturunan China di
sekolah, cobalah untuk melibatkan mereka dalam instruksi dan demonstrasi
berikut :
Bahasa lisan dalam Bahasa mandarin, pembicara menggunakan nada yang berbeda
untuk mengubah arti dari suku kata .Misalnya(mā妈) yang berarti ibu,
anda melafalkannya sambil menggunakan tangan dari kiri ke kanan secara datar. Kemudian
memberikan contoh yang lainnya(mă马) yang berarti kuda,
anda melafalkannya sambil menggunakan tangan anda dan membuat pola nada seperti
huruf “U”. Bahasa tulis dalam Bahasa mandarin, kata muncul tidak dalam huruf tetapi
sebagai satu atau lebih gambar , yang disebut karakter(Hànzi -汉字). Anda memperlihatkan bahan untuk sumber karakter sampel.
Guru menjelaskan kebanyakan orang di luar China tidak bisa membaca karakter
China (Hànzi -汉字). Maka perlu
adanya ahli bahasa yang harus datang untuk menulis karakter-karakterChina
dengan huruf yang kita gunakan dalam bahasa Indonesia . Tuliskan nama tempat
berikut di papan tulis , dan tanyakan kepada siswa apakah mereka akrab dengan
salah satu dari daftar nama-nama tempat berikut :Beijing , Nanjing, Yunan, Sichuan.
Jika siswa tidak akrab dengan keempat nam tempat tersebut
, maka Guru harus menunjukkan kepada siswa mengenai peta Negara China .
Kemudian membahas lebih lanjut mengenai nama tersebut dan lebih jauh tentang
Negara China.
5.
Penilaian
Hasil Belajar Siswa
Proses
mengevaluasi mengenai hasil belajar siswa, apakah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Evaluasi yang
meliputi
partisipasi
siswa dalam
pelajaran kelas , interaksi dengan siswa lain, kerjasama, pengendalian diri, dan lain-lain
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Pembelajaran discovery learning
(penemuan) merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam
pendekatan konstruktivisme. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk
terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan
eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau
konsep-konsep bagi diri mereka sendiri. Pembelajaran penemuan memliki beberapa
kelebihan. Pembelajaran penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi
siswa untuk terus bekerja hingga menemukan jawaban. Siswa melalui pembelajaran
penemuan mempunyai kesempatan untuk berlatih menyelesaikan soal, mempertajam
berpikir kritis secara mandiri, karena mereka harus menganalisa dan
memanipulasi informasi. Pembelajaran penemuan juga mempunyai beberapa
kelemahan, di antaranya dapat menghasilkan kesalahan dan membuang-buang waktu,
dan tidak semua siswa dapat melakukan penemuan.
2. Aplikasikan
model Discovery Learning di kelas
tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar
secara umum adalah:
Stimulation
(stimulasi/pemberian rangsangan), Problem statement (pernyataan/ identifikasi
masalah),
Data collection
(pengumpulan data),
Data processing
(pengolahan data),
Verification (pentahkikan/pembuktian), menarik kesimpulan (generalisasi).
B.
Saran
Karena model pembelajaran discovery
learning hanya dapat dipakai untuk materi materi tertentu, maka seorang guru
atau seorang calon guru disarankan agar mampu memilih dan memilah materi mana
yang tepat dan cocok yang dapat diterapkan dalam proses belajar agar tidak
menyita waktunya juga tidak hanya melibatkan beberapa siswa saja, karena model
pembelajaran discovery diperlukan keaktifan seluruh siswa. Selain itu alat –
alat bantu mengajar (audio visual, dll) haruslah diusahakan oleh guru
atau calon guru yang hendak menerapkan metode ini, tujuannya untuk memberikan
siswa pengalaman langsung.
Daftar pustakanya adakah kak ?
BalasHapus