MAKALAH
KONSEP
DASAR PEMBELAJARAN
Untuk
Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Strategi
Pembelajaran
Disusun Oleh :
1.
Yeni
Nurvita Sari 122774004
2.
Widarti 122774020
3.
Validio
Rose Sujianto 122774027
4.
Dian
Bagus Wicaksono 122774033
5.
Nindya
Alfrida 122774041
PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN
FAKULTAS BAHASA DAN
SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan
kepada Tuhan YME karena atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Makalah
ini dibuat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa adanya uluran tangan dan partisipasi
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
·
Dr. Urip Zaenal Fanani, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Strategi Pembelajaran
·
Orang
tua penulis yang telah memberi dukungan moral dan material sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
·
Teman – teman yang selalu memberi
dukungan serta saran agar penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak
kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah oleh penulis
di masa yang akan datang.
Akhirnya
besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua orang yang
membaca pada umumnya.
Surabaya, 10 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR
......................................................................... iii
DAFTAR ISI
........................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah.................................................. ..... 1
B.
Rumusan Masalah ................................................................
1
C.
Metode Penulisan.................................................................
2
D.
Tujuan dan Manfaat
.............................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Hakikat
pembelajaran ……………………………………... 3
B.
Pengertian
pembelajaran ………………………………….. 3
C.
Proses
pembelajaran ………………………………………. 4
D.
Faktor
yang mempengaruhi proses pembelajaran ………… 9
E.
Faktor
pendukung keberhasilan proses pembelajaran …….. 13
F.
Prinsip
pembelajaran ……………………………………… 17
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
..............................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai
perubahan dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat, serta ditantang untuk dapat menjawab bebagai permasalahan
lokal dan dan perubahan global yang begitu pesat, seperti perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan informasi, seni, dan budaya. Dengan perkembangan tersebut harus
dibarengi dengan perkembangan dunia pendidikan yaitu dalam suatu proses pembelajaran.
Pembelajaran yang efektif dan efisien merujuk pada Fungsi
dan tujuan pendidikan Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 (Sidiknas, Pasal 3) yang berbunyi pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis.
Oleh karena itu, penulis menyusun
sebuah makalah yang berjudul “ Konsep Dasar Pembelajaran ” dengan harapan agar makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai konsep
dasar pembelajaran itu sendiri.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hakikat, prinsip, dan
proses pembelajaran?
2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi
dan mendukung keberhasilan proses pembelajaran?
C.
Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam
penyusunan makalah ini yaitu metode
literatur. Metode literatur merupakan metode pengumpulan data dengan cara
membaca buku-buku dan situs-situs internet yang mendukung dan menunjang dalam
pembuatan dan penyusunan makalah, sekaligus
dijadikan sebagai landasan dalam penulisan suatu makalah.
D.
Tujuan dan Manfaat
Sebagaiman rumusan masalah di atas maka tujuan
serta manfaat yang dapat diambil yaitu:
1. Mengetahui hakikat, prinsip, dan proses
pembelajaran.
2. Mengetahui Faktor- Faktor yang mempengaruhi
dan mendukung keberhasilan proses pembelajaran.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A.
Hakikat pembelajaran
Hakikat diartikan sebagai kebenaran dan kenyataan yang sebenarnya. Hakikat
pembelajaran, di antaranya:
a.
Pembelajaran terjadi apabila subjek didik secara
aktif berinteraksi dengan pendidik dan lingkungan belajar yang diatur oleh
pendidik;
b.
Proses pembelajaran yang efektif memerlukan
strategi, metode, dan media pembelajaran yang tepat;
c.
Program pembelajaran dirancang secara matang dan
dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang dibuat;
d.
Pembelajaran harus memerhatikan aspek proses dan
hasil belajar;
e.
Materi pembelajaran dan sistem penyampaiannya
selalu berkembang.
B.
Pengertian pembelajaran
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan
informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa
dalam belajar.
Pembelajaran adalah proses yang menggabungkan
pekerjaan dengan pengalaman. Apa yang dikerjakan orang di dunia menjadikan
pengalaman baginya. Pengalaman tersebut akan menambah keterampilan, pengetahuan
atau pemahaman yang mencerminkan nilai dari dalam. Pembelajaran yang efektif
akan mendorong ke arah perubahan, pengembangan serta meningkatkan hasrat untuk
belajar. Pembelajaran tidak hanya menghasilkan atau membuat sesuatu, tetapi
juga menyesuaikan, memperluas, dan memperdalam pengetahuan.
Sanjaya (2008: 102) mengemukakan kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction, yang diasumsikan dapat
mempermudah siswa mempelajari sesuatu melalui berbagai macam media sehingga
dapat mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses
belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai
fasilitator dalam belajar mengajar.
Agar kegiatan pembelajaran mencapai hasil yang
maksimal perlu diusahakan faktor yang menunjang seperti kondisi pelajar yang
baik, fasilitas dan lingkungan yang mendukung, serta proses belajar yang tepat.
Proses pembalajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen siswa
sebagai input, komponen perangkat
keras dan lunak sebagai instrumental
input, komponen lingkungan sebagai environmental
input, pelaksanaan pembelajaran sebagai komponen proses, dan akhirnya
menghasilkan keluaran hasil belajar siswa sebagai komponen output. Environmental input
berupa keadaan situasi sekitar yang memengaruhi pelaksanaan proses
pembelajaran. Instrumental input
berupa bahan atau perangkat keras yang digunakan untuk menyampaikan informasi.
Faktor komponen input yang memengaruhi hasil pembelajaran adalah kondisi siswa
maupun lingkungan yang memungkinkan kegiatan pembelajaran mencapai sasaran yang
diinginkan, yaitu tercapainya hasil pembelajaran yang optimal. Dalam
pelaksanaan pembelajaran, ketiga input
yaitu siswa, lingkungan, dan instansi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
proses serta output. Jelasnya hasil
belajar siswa sangat tergantung pada beberapa faktor komponen input, proses, dan output.
C.
Proses
pembelajaran
Proses
pembelajaran adalah merupakan proses interaksi komunikasi aktif antara siswa
dengan guru dalam kegiatan pendidikan. Agar terjadi interaksi pembelajaran yang
baik, ada beberapa komponen yang yang saling berkaitan, saling membantu dan
satu kesatuan yang dapat menunjang proses pembelajaran tersebut.
Komponen-komponennya
yaitu :
1) Kompetensi
Pembelajaran
2) Materi
Pembelajaran
3) Metode
Pembelajaran
4) Sumber/media
Pembelajaran
5) Manajemen
interaksi pembelajaran (pengelolaan kelas)
6) Penilaian
pembelajaran
7) Pendidik
dan pengembangan proses pembelajaran
Proses
dalam pembelajaran bahasa Mandarin harus diperhatikan dengan teliti. Jika hal
tersebut tidak dilakukan akan membuat siswa kesulitan atau tertinggal dalam
menyerap pemahaman materi yang sudah di sampaikan. Karena itu, kita harus
mengetahui, beberapa hal pokok dalam proses pembelajaran yaitu :
1.
Interaksi
Pembelajaran
Pembelajaran merupakan
kegiatan yang didominasi oleh interaksi antara guru dan siswa. Interaksi
pembelajaran merupakan proses yang saling mempengaruhi.
Menurut
Wikipedia bahasa Indonesia, Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi
yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu
sama lain. Jadi, interaksi belajar mengajar adalah kegiatan timbal balik
antara guru dengan anak didik, atau dengan kata lain bahwa interaksi belajar
mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena antara anak didik dengan
temannya, antara si anak didik dengan gurunya ada suatu komunikasi sosial atau
pergaulan. Adapun komponen-komponen tersebut meliputi
:
1. Tujuan
pendidikan dan pengajaran
2. Peserta
didik atau siswa
3. Tenaga
kependidikan khususnya guru,
4. Perencanaan
pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum
5. Strategi
pembelajaran
6. Evaluasi
pengajaran.
Faktor-faktor yang mendasari
terjadinya interaksi edukatif adalah faktor tujuan,faktor bahan/materi/isi,faktor
guru dan peserta didik,faktor metode, dan faktor situasi.
Peranan
siswa dan guru dalam interaksi pembelajaran ditentukan oleh strategi apapun
metode-metode pembelajaran yang digunakan. Dalam proses pembelajaran yang
menggunakan strategi yang bersifat ekspositori.
Metode
ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan
keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta
memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah,
demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan
oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode
pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara
langsung.
Penggunaan metode ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi.
Penggunaan metode ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi.
Dalam
suatu pembelajaran pasti terdapat interaksi yang terjadi baik guru dengan siswa
atau siswa dengan siswa lain. Contoh dalam bahasa Mandarin yaitu : dalam
pembelajaran 听和说
kita harus bekerja sama dengan guru dengan memperhatikan pembicaraan saat
membaca dialog dengan teliti dan kita dapat menjawab/berbicara dengan baik dan
benar. Sedangkan siswa dengan siswa kita dapat mengingatkan teman kita jika,
mengucapkan pelafalan yang tidak sesuai kaidah bahasa Mandarin/ salah
mengucapkan.
2.
Proses
Pembelajaran dalam Perspektif Siswa
Bila
ditinjau dari sudut siswa, pembelajaran merupakan belajar. Belajar merupakan
serangkaian upaya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap serta nilai
siswa, baik kemampuan intelektual, social, afektif, maupun psikomotorik.
a. Macam-macam
Ketrampilan Intelektual
Menurut
Gagne (1970) ada delapan tipe ketrampilan intelektual dalam belejar yang
menunjukkan suatu hierarki kecakapan atau keterampilan dari yang rendah atau
sederhana sampai yang paling tinggi atau jompleks dalam belajar yaitu :
v Signal
learning (belajar tanda-tanda)
v Stimulus
response learning (belajar hubungan stimulus respon)
v Chaining
learning (belajar menguasai rangkaian hal)
v Verbal
association learning (belajar hubungan verbal)
v Discrimination
learning (belajar membedakan)
v Concept
learning (belajar konsep-konsep)
v Rule
learning (belajar aturan/hukum-hukum)
v Problem
solving learning (belajar memecahkan masalah)
b. Belajar
di Sekolah dan di luar Sekolah
Kegiatan
belajar di sekolah dibawah bimbingan dan pengawasan langsung dari guru.
Sedangkan di luar sekolah tidak mendapat bimbingan dari guru. Karena kegiatan
berlangsung di rumah, bimbingan belajar, ataupun perpustakan umum.
c. Belajar
Secara Klasikal, Kelompok, dan Individual
Kegiatan-kegiatan
belajar yang bersifat menerima/menghafal pada umumnya diberikan (dalam bentuk
ceramah) secara klasikal. Upaya mengaktifkan siswa dapat dilakukan melalui
penggunaan metode Tanya jawab, diskusi, demontrasi, eksperimen dll.
Kegiatan
belajar yang lebih mengaktifkan siswa berlangsung secara kelompok/individual.
Kegiatan diskusi, permainan, simulasi, percobaan, pemecahan masalah, dan
sejenisnya dilakukan dalam kegiatan kelompok.
d. Belajar
Teori dan Praktik
Kegiatan
belajar yang bersifat praktik umumnya dapat mengaktifkan siswa, bukan saja
aktif secara jasmaniah, tetapi juga secara ruhaniah. Kegiatan ini dapat
berlangsung secara individual/kelompok. Aspek yang dinilai bukan hanya hasil
belajar, melainkan proses belajar. Teknik yang paling cocok adalah
pengamatan/observasi menggunakan lembar observasi, daftar cek, dan skal
penilaian.
3.
Proses
Pembelajaran dalam Perspektif Guru
Dilihat
dari sudut pandang guru, proses pembelajaran berwujud dalam kegiatan mengajar.
Secara sempit, mengajar dapat diartikan sebagai proses penayampaian pengetahuan
pada siswa. Dalam pengertian luas mengajar mencakup segala kegiatan menciptakan
situasi agar para siswa belajar.
Kegiatan
pembelajaran memang merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, sebab siswa
melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar/guru mengajar agar siswa
belajar. Karena keduanya merupakan suatu keterpaduan, pendekatan atau metode
mengajar yang digunakan oleh guru menentukan kegiatan yang dilakukan oleh
siswa.
D.
Faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran
Ada
beberapa faktor yang memengaruhi proses pembelajaran, di antaranya siswa, pendidik, kurikulum, sarana dan prasarana,
tenaga nonpendidik, dan lingkungan.
1.
Siswa
Siswa
sering diistilahkan sebagai peserta didik, murid, pelajar, mahasiswa, anak
didik, pembelajar, dan sebagainya. Pada hakikatnya, siswa adalah manusia yang
memerlukan bimbingan belajar dari orang lain yang mempunyai suatu kelebihan.
Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika siswa lebih tua (senior) dibandingkan
pendidik. Karakteristik siswa sangat penting diketahui oleh pendidik dan
pengembang pembelajaran karena sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Siswalah
yang akan menerima materi dan mencapai tujuan pembelajaran, sebagai berikut:
a. Kemampuan
Kemampuan
bukan hanya dilihat dari IQ, melainkan lebih menekankan pada kemampuan awal
atau pengetahuan awal sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Kemampuan awal berarti kemampuan yang telah ada pada siswa sebelum
mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal perlu diketahui
karena merupakan kesiapan peserta
dalam menerima pembelajaran.
b. Motivasi
Motivasi
dapat dibedakan antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsi. Motivasi
intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam siswa itu sendiri, sedangkan
motivasi ekstrinsik apabila motivasi timbul dari lingkungan di luar siswa yang
bersangkutan. Di sini motivasi intrinsik khususnya lebih penting bagi
keberhasilan pembelajaran.
c.
Perhatian
Di dalam
proses pembelajaran, perhatian sangat besar prngaruhnya bagi keberhasilan
siswa. Faktor- faktor yang akan memengaruhiperhatian siswa meliputi:
1)
Faktor internal, meliputi:
minat, keahlian (fisik dan mental), karakteristik pribadi;
2)
Faktor eksternal, meliputi:
intensitas stimulus, keragaman stimulus, warna, gerak, dan sistem penyajian
yang menarik.
d.
Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang bersifat
kompleks, menyebabkan siswa dapat menerima atau meringkas informasi yang
diperoleh dari lingkunganya.
e.
Ingatan
Ingatan ini merupakan
suatu system aktif menerima, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi yang
telah diterima siswa tersebut. Ingatan ini sangat efektif dan dalam menerima
informasi.
f. Lupa
Lupa adalah hilangnya informasi yang
telah tersimpan dalam ingatan jangka panjang. lupa disebabkan banyak hal,
diantaranya:ingatan tidak pernah dipakai, tidak
ada yang tersimpan, gagal
mengubah ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang, kesulitan mengingat
kembali, ingatan telah aus
karena waktu, materi
yang dipelajari tidak/belum dikuasai, ada
gangguan bentuk informasi lain yang menghambatnya.
g. Retensi
Retensi merupakan kesan yang tertinggal
dan dapat diingat kembali setelah siswa mempelajari sesuatu. Retensi ini
merupakan kebalikan dari lupa.
h. Transfer
Transfer merupakansuatu proses
ketikamateri yang telah
dipelajari akan dapat memengaruhi proses
dalam mempelajari materi baru. Dalam belajar,transfer merupakan pemindaha npengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, sikap atau tanggapan dari satu situasi ke situasi yang lain.
2.
Pendidik
Pendidik sering disebut juga pengajar,dosen,
guru, pamong, pembimbing, atau widyaiswara. Ada juga yang menyebutnya dengan
bapa guru, kyai, resi, pendeta, dan sebagainya. Walaupun demikian, pada
hakikatnya pendidik adalah seseorang yang karena kemampuannya atau kelebihannya
diberikan pada orang lain melalui proses yang disebut pendidikan. Kompetensi
yang harus dimiliki seorang pendidik meliputi kompetensi pribadi (personal),
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
3.
Kurikulum
Kurikulum
adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan
yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran
dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu
kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan
yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan
menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara
menyeluruh.
4.
Sarana
dan prasarana
Sarana
adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan; alat; media. Menurut E.
Mulyasa, Sarana Pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses
belajar, mengajar, seperti bangunan, ruang
kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.
5.
Tenaga Nonpendidik
Tenaga
nonpendidik meliputi tiga kelompok, yaitu pimpinan (pengelola), staf
administrasi, dan tenaga bantu. Pimpinan bertugas mengelola dan mengendalikan
lembaga pendidikan. Semakin besar lembaga pendidikan, pengelolanya
(pimpinannya) akan berjenjang dan semakin kompleks.
6.
Lingkungan
Lingkungan merupakan situasi dan kondisi tempat
lembaga pendidikan itu berada. Situasi akan berpengaruh terhadap proses
pembelajaran meliputi keadaan masyarakat, (rural, urban, semirural, atau
semiurban, iklim, keadaan alam pegunungan/dataran tinggi, dataran rendah atau
pesisir, dan sebagainya). Sementara kondisi berkaitan dengan tempat lembaga
pendidikan tersebut berada. Misalkan, di tengah kota, kota besar, kota kecil,
desa, dekat kota, terpencil, pelosok, dekat pasar, dekat masjid/greja, dekat
perkampungan, dan sebagainya.
Lingkungan ini akan sangat berpengaruh dalam
pencapaian keberhasilan belajar. Namun, lingkungan di atas merupakan lingkungan
asli, yang mana lingkungan itu sukar diadakan perubahan sehingga lembaga
pendidikan yang harus menyesuaikan. Meskipun demikian, seiring dengan kemajuan
teknologi, lingkungan dapat diciptakan sesuai yang dikehendaki, seperti membuat
lingkungan buatan berupa taman, miniature, berbagai tanaman dan binatang yang
dipelihara, yang mendukung proses dan kegiatan pembelajaran.
E.
Faktor
pendukung keberhasilan proses pembelajaran
Undang-undang republik indonesia
nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, mengisyaratkan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Peran guru
sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional. Yang dimaksud dengan guru sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran guru antara
lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi
peserta didik.
Salah
satu kunci yang harus dimiliki oleh seorang pendidik adalah kompetensi
dimana kompetensi adalah seperangkat ilmu pengetahuan dan ketrampilan
mengajar guru dalam menjalankan keprofesionalan sebagai seorang guru sehingga
tujuan dari pendidikan dapat dicapai dengan baik. Menurut suyanto dan djihad hisyam
tiga jenis kompetensi guru, yaitu :
1. Kompetensi profesional; memiliki
pengetahuan yang luas dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan
menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang
diselenggarakannya.
2. Kompetensi kemasyarakatan; mampu
berkomunikasi, baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas.
3. Kompetensi personal; yaitu memiliki
kepribadian yang mantap dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru
akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso sung
tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani
Pemerintah dalam
kebijakan pendidikan nasional telah merumuskan kompetensi guru ada empat, hal
tersebut tercantum dalam penjelasan peraturan pemerintah no 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan social.
1.
Kompetensi pedagogik
Menurut
prof. Dr. J. Hoogeveld (belanda), pedagogik ialah ilmu yang mempelajari masalah
membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia mampu secara
mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
2.
Kompetensi
kepribadian/ personal
Kompetensi kepribadian adalah
kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak
harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.
Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian yang pantas diteladani, mampu
melaksanakan kepemimpinan seperti yang dikemukakan ki hajar dewantara, yaitu “ing
ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa. Tut wuri handayani”. Dengan
kompetensi kepribadian maka guru akan menjadi contoh dan teladan, serta
membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu seorang guru dituntut
melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya sebagai panutan orang-orang yang
dipimpinnya.
3.
Kompetensi profesional
Guru profesional adalah guru yang
memiliki kompetensi untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.
Kompetensi di sini meliputi pengatahuan, sikap, dan keterampilan profesional,
baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Kompetensi profesional
merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seseorang guru. Dalam
peraturan pemerintah no 19 tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang dimaksud
dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan
Dengan kata lain pengertian guru
profesional adalah orang yang punya kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru. Guru
profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih serta punya pengalaman
bidang keguruan. Seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan
minimal antara lain; memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai,
memiliki kompetensi kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, mempunyai jiwa
kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap
profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus (continous
improvement) melalui organisasi profesi, buku, seminar, dan semacamnya.
4.
Kompetensi
sosial
Dimaksud dengan kompetensi sosial di
dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005, pada pasal 28, ayat 3, ialah
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul seacara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Sedangkan
menurut Hamzah B. Uno kompetensi sosial artinya guru harus mampu menunjukkan dan
berinteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan
kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas.
Kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja di lingkungan
sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Peran yang dibawa guru
dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu, perhatian yang
diberikan masyarakat terhadap guru pun berbeda dan ada kekhususan terutama
adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah tempat guru
tinggal. Beberapa kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru antara lain;
terampil berkomunikasi, bersikap simpatik, dapat bekerja sama dengan dewan
pendidikan/komite sekolah, pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra
pendidikan, dan memahami dunia sekitarnya (lingkungan).
Guru sebagai seorang pendidik dapat
melaksanakan perannya jika guru tersebut memenuhi empat syarat kompetensi yaitu
komptensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial. Guru akan mampu mendidik dan mengajar apabila dia mempunyai
kompetensi kepribadian, misalnya mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa
tanngung jawab yang besar terhadap anak didiknya, bersikap realistis, bersikap
jujur, serta bersikap terbuka dan peka terhadap perkembangan. Pada kompetensi
profesional, seorang guru harus mengusai ilmu yaitu dengan pengetahuan yang
luas, menguasai bahan pelajaran serta ilmu-ilmu yang berhubungan dengan mata
pelajaran yang diajarkan, menguasai teknologi pendidikan, menguasai kurikulum,
dan lain-lain. Komptensi sosial misalnya guru guru mempunyai ketrampilan dalam
membina hubungan antara guru dengan murid, guru dengan sesame guru, guru dengan
kepala sekolah, guru dengan komite sekolah, serta hubungan antara guru dengan
masyarakat/lingkungan. Dan kompetensi pedagogik dimana seorang guru harus dapat
memahami peserta didiknya, pengembangan kurikulum/silabus, harus dapat
merancang pembelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar. Sehingga dengan begitu, seorang guru dapat
menjalankan perannya sebagai seorang pendidik.
Guru harus menguasai metode
mengajar, menguasai materi yang akan diajarkan dan ilmu-ilmu lain yang ada
hubungannya dengan ilmu yang akan diajarkan kepada siswa. Juga mengetahui
kondisi psikologis siswa dan psikologis pendidikan agar dapat menempatkan
dirinya dalam kehidupan siswa dan memberikan bimbingan sesuai dengan
perkembangan siswa.
Guru sebelum mengelola interaksi
proses pembelajaran di kelas, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan atau
materi apa yang akan dibahas sekaligus bahan-bahan yang berkaitan untuk
mendukung jalannya proses pembelajaran. Bahan pelajaran adalah substansi yang
akan disampaikan dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan menguasai materi
pelajaran, maka guru akan lebih mudah dalam pengelolaan
kelas. Selain itu guru menjadi lebih mudah dalam memilih strategi belajarnya
agar tujuan yang hendak dicapai dalam materi pelajaran tersebut berhasil
terwujud.
Jadi,
yang menjadi komponen pendukung keberhasilan proses pembelajaran dan perlu
diperhatikan oleh calon guru, antara lain adalah : Sikap guru dalam
Pembelajaran, ketepatan bahasa, dan pengelolaan kelas.
F.
Prinsip
Pembelajaran
Prinsip
yang dimaksudkan sebagai salah satu kebenaran yang menjadi pokok dasar orang
berpikir, bertindak, dan sebagainya. Dalam pembelajaran, prinsip-prinsip
belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar akan membantu
pendidik dalam memilih tindakan yang kelihatan baik justru akan merugikan siswa
atas pencapaian keberhasilan pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994)
prinsip-prinsip itu meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung,
pengulangan, tantangan, balikan, dan penguatan serta perbedaan individu.
1.
Perhatian
dan Motivasi
Perhatian memang sangat berperan dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini akan timbul pada siswa kalau bahan yang disajikan sesuai dengan
minat, kebutuhan, dan menarik. Oleh sebab itu, berbagai upaya pendidik untuk menarik
perhatianini di antaranya menggunakan media pembelajaran, mencari bahan baru,
bahan yang mempunyai manfaat bagi pendekatan lanjutan atau dalam kehidupan. Motivasi
juga memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran karena motivasi merupakan
tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan kegiatan siswa untuk belajar
Penerapan prinsip ini dalam kegiatan pembelajaran
sebagai berikut.
a)
Menggunakan metode pembelajaran
bervariasi.
b)
Menggunakan media
pembelajaran untuk memperjelas pembelajaran.
c)
Menggunakan ilustrasi dan
contoh-contoh peristiwa nyata untuk memperjelas pembelajaran.
d)
Menggunakan kegiatan
yang melibatkan peserta (Tanya jawab, sumbang saran, demontrasi, simulasi, dan
lain-lain.
e)
Menggunakan humor yang
relevan dengan bahan pembelajaran jika memungkinkan.
2.
Keaktifan
Keaktifan merupakan prinsip
dalam pembelajaran.Teori behavioristik memperjelas tentang adanya respons, tanpa ada
respons (aktivitas) belajar tidak akan dapat terjadi meskipun di beri stimulus.
Demikian juga dalam teori kognitif bahwa belajar menunjukkan adanya jiwa yang
sangat aktif, jiwa akan mengolah informasi yang diterima. Tanpa keaktifan siswa
dalam belajar, tidak akan dapat membuat kesimpulan. Menurut teori ini peserta
dituntut untuk mampu mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang diperolehnya.
Keaktifan memiliki beragam
bentuk. Bentuk keaktifan dalam belajar dapat di kategorikan menjadi dua, yaitu keaktifan
yang dapat diamati (konkret) dan sulit diamati (abstrak).Kegiatan yang dapat diamati,
misalnya mendengar, menulis, membaca, menyanyi, menggambar, dan berlatih. Kegiatan
ini biasanya berhubungan dengan kerjaotot (psikomotorik).Sementara kegiatan
yang sulit diamati berupa kegiatan psikis seperti menggunakan khazanah pengetahuan
untuk memecahkan permasalahan, membandingkan konsep, menyimpulkan hasil pengamatan,
berpikir tingkat tinggi .
Penerapan prinsip keaktifan
dalam kegiatan pembelajaran antara lain:
a. Dalam
pembelajaran menggunakan macam-macam metode dan media;
b. Dalam
pembelajaran memberikan pada siswa secara individu dan kelompok;
c. Memberikan
kesempatan diskusi dan Tanya jawab;
d. Memberikan
tugas pada siswa untuk mempelajari bahan dan mencakup bahan-bahan yang belum jelas
dan penting;
e. Memberikan
kesempatan pada siswa melakukan percobaan-percobaan secara berkelompok.
3.
Keterlibatan
Langsung
Belajar harus dilakukan sendiri oleh siswa, karena
belajar yang baik melalui pengalaman. Pengajar harus menyadari bahwa keaktifan
memerlukan pengalaman secara langsung dalam pembelajaran. Keterlibatan langsung
yang dimaksudkan di sini menyangkut keterlibatan secara fisik, mental,
emosional, dan intelektual dalam semua kegiatan pembelajaran. Penerapan prinsip
ini dalam kegiatan pembelajaran meliputi:
a. menggunakan
media yang langsung dapat digunakan siswa;
b. memberikan
tugas untuk mempraktikkan gerakan (ketrampilan) yang ditentukan pendidik;
c. melibatkan
siswa dalam mencari informasi dari berbagai sumber, baik di luar kelas maupun
di luar sekolah/lembaga pendidikan;
d. memberikan
kesempatan pada peserta melakukan eksperimen (percobaan-percobaan)
Edgar Dale
dalam penggolongan pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling
baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui
pengalaman langsung siswa tidak hanya mengamati, tetapi ia harus menghayati,
terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe yang paling baik apabila ia
terlibat secara langsung dalam pembuatan, bukan hanya melihat bagaimana orang
membuat tempe, apalagi hanya mendengar cerita bagaimana cara pembuatan tempe.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa
belajar sambil bekerja, karena dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan,
pemahaman, pengalaman serta dapat mengembangkan keterampilan yang bermakna
untuk hidup di masyarakat.
Hal ini juga sebagaimana yang
di ungkapkan Jean Jacques Rousseau bahwa anak memiliki potensi-potensi yang
masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan
atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai
kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya
sendiri. Dengan demikian, segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan
pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri,
dengan fasilitas yang diciptakan sendiri. Pembelajaran itu akan lebih bermakna
jika siswa "mengalami sendiri apa yang dipelajarinya" bukan
"mengetahui" dari informasi yang disampaikan guru, sebagaimana yang
dikemukakan Nurhadi bahwa siswa akan belajar dngan baik apabila yang mereka
pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar
akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah.
Dari berbagai pandangan para
ahli tersebut menunjukkan berapa pentingnya keterlibatan siswa secara langsung
dalam proses pembelajaran. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar
dikemukakan oleh John Dewey dengan "learning by doing"-nya. Belajar
sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa
secara aktif. Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat
memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan
proporsional, dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep.
Modus Pengalaman belajar adalah sebagai berikut: kita belajar 10% dari apa yang
kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50%
dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90%
dari apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru
mengajar dengan banyak ceramah, maka peserta didik akan mengingat hanya 20%
karena mereka hanya mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik
untuk melakukan sesuatu dan melaporkan nya, maka mereka akan mengingat sebanyak
90%. Hal ini ada kaitannya dengan pendapat yang dikemukakan oleh seorang filsuf
China Confucius, bahwa:“apa yang saya
dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan
saya paham.”
4.
Pengulangan
Banyak teori pembelajaran yang
menyimpulkan bahwa perlu penekanan pengulangan(trial and error) dalam kegiatan pembelajaran. Teori yang
memperkuat prinsip pengulangan ini adalah teori psikologi sosiasi, yang
mengatakan belajar adalah pembentukan gabungan antara stimulus dan
respons.Dengan memperbanyak pengulangan akan memperbesar timbulnya respons
secara benar. Prinsip ini diterapkan dalam kegiatan pembelajaran melalui
beberapa kegiatan, antara lain:
a. Perlu
membuat rancangan pengulangan terutama bahan yang bersifat hafalan dan latihan;
b. Mengembangkan
soal-soal bersifat hafalan dan latihan;
c. Membuat
kegiatan pengulangan kegiatan secara bervariasi;
d. Mengembangkan
kelompok kegiatan yang bersifat psikomotorik yang harus diulangi
e. Mengembangkan
alat evaluasi dalam kegiatan pengulangan.
5.
Tantangan
Teori medan
(Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam belajar berada
dalam suatu medan. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang
ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar,
maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan
belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar
telah tercapai, maka ia akan dalam medan baru dan tujuan baru, demikian
seterusnya. Menurut teori ini belajar adalah berusaha mengatasi
hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Agar pada diri anak timbul motif yang
kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan pelajaran harus
menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa
bersemangat untuk mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru yang banyak
mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk
mempelajarinya. Penggunaan metode eksperimen, inquiri, discovery
juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan
sungguh-sungguh. Penguatan positif dan negatif juga akan menantang siswa dan
menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukuman yang
tidak menyenangkan.
Belajar
yang mengalami hambatan akan menimbulkan motif(tantangan) untuk mengatas ihambatantersebut.
Aktivitas dalam tantangan ini akan membuat siswa belajar dengan giat. Bahan pembelajaran
harus bersifat menantang seperti bahan-bahan pembelajaran yang memerlukan pemecahan
masalah, tanggapan, dan latihan-latihan. Pelajaran yang memberikan kesempatan pada
peserta untuk menemukan konsep, prinsip, dan generalisasi sangat cocok dan sesuai
dengan prinsip ini.
a. Memberikan
tugas pada peserta yang bersifat pemecahan masalah yang memerlukan bantuan informasi
dari luar sekolah atau orang lain
b. Menugaskan
pada siswa membuat kesimpulan atau rangkuman isi pelajaran
c. Membimbing
peserta untuk menemukan konsep, prinsip, akta, dan generalisasi
d. Memberikan
kesempatan untuk melakukan percobaan baik secara individual atau kelompok
e. Merancang
kegiatan semacam diskusi, seminar, dan workshop
6.
Balikan
dan Penguatan
Dalam teori operant conditioning menekankan perlunya balikan dan penguatan
sehingga sangat sesuai dengan prinsip ini. Ada dua macam penguatan, yaitu
penguatan positif bila siswa mendapatkan hasil baik dan terdorong untuk belajar
lebih giat, dan penguatan negative bila siswa mendapatkan hasil tidak/kurang
baik dan terdorog untuk mempelajarinya dengan giat setelah mengetahui
penjelasan atas kesalahanya. Olehkarenaitu, perlunya balikan atas hasil
pekerjaan yang diberikan pendidik kepada siswa. Prinsip ini penerapannya dalam kegiatan
pembelajaran di antaranya :
a. Memberikan
kepastian jawaban yang telah ditanyakan pada siswa;
b. Menyerahkan
pekerjaan rumah dan memberikan catatan-catatan pembetulan;
c. Mengembalikan
setiap hasil pekerjaan, hasil tes, dan tugas lainnya pada siswa;
d. Mengumumkan
peringkat peserta didik berdasarkan hasil penilaian
e. Memberikan penguatan verbal seperti tepat, baik, bagus,
sip, hebat, cerdas, pintar;
f. Memberikan penguatan non verbal, seperti anggukan, acungan jempol, dan isyarat
lainnya.
7.
Perbedaan Individu
Siswa merupakan makhluk yang unik. Setiap siswa memiliki
karakteristik sendiri-sendiri. Artinya siswa dalam satu kelas selalu heterogen
dan tidak akan homogen. Hal ini tentu saja mempengaruhi proses pembelajaran.
Oleh karena itu, kita sebagai guru harus melihat perbedaan tiap individu
tersebut san berusaha untuk memfasilitasinya dalam kegiatan belajar. Salah satu
caranya dengan menerapkan multimetode, multimedia, dan program pengayaan.
Setiap siswa akan nyaman berada di kelas jika setiap individunya diperhatikan.
Prinsip pembelajaran orang China sendiri adalah : ( 复习fùxí) mengulang,( 预习yùxí) mempersiapkan ,dan ( 练习liànxí) berlatih, yang ketiganya merupakan sebuah kesatuan
dari (
学习xuéxí)
belajar dan( 教育jiàoyù) pengajaran. Hal
ini tentunya bisa dijadikan sebuah prinsip baru atau mungkin prinsip tambahan
bagi calon pengajar. Tentunya prinsip pembelajaran orang China sendiri jika
dikorelasikan dengan prinsip pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono memiliki
kesinambungan yang kuat dan bisa disejajarkan. Dan pastinya korelasi tersebut
kembali kepada tujuan awal yakni membuat peserta didik lebih mudah
mencapai target belajar.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang
melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk
memudahkan siswa dalam belajar. Proses
pembelajaran adalah merupakan proses interaksi komunikasi aktif antara siswa
dengan guru dalam kegiatan pendidikan. Prinsip pembelajaran meliputi perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan,
dan penguatan serta perbedaan individu.
2.
Faktor yang memengaruhi
proses pembelajaran, di antaranya
siswa, pendidik, kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga nonpendidik, dan lingkungan. Faktor pendukung keberhasilan proses
pembelajaran adalah peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Alangkah baikny djika foot note nya di ikut sertakan
BalasHapussetuju
Hapusboleh minta footnotenya ka
BalasHapusgaada daftar pustka?
BalasHapus