Rabu, 28 Oktober 2015

makalah KONSEP DASAR PEMBELAJARAN



MAKALAH

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran



 



 
Disusun Oleh :

1.      Yeni Nurvita Sari                    122774004
2.      Widarti                                    122774020
3.      Validio Rose  Sujianto            122774027
4.      Dian Bagus Wicaksono           122774033
5.      Nindya Alfrida                       122774041

PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME karena atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah ini dibuat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa adanya uluran tangan dan partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
·         Dr. Urip Zaenal Fanani, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Strategi Pembelajaran
·         Orang tua penulis yang telah memberi dukungan moral dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
·         Teman – teman yang selalu memberi dukungan serta saran agar penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah oleh penulis di masa yang akan datang.
Akhirnya besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua orang yang membaca pada umumnya.

Surabaya,  10 Maret  2014



      Penulis

       
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ............................................................................              ii
KATA PENGANTAR  .........................................................................             iii
DAFTAR ISI  ........................................................................................              iv
BAB I PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang Masalah..................................................            .....                1    
B.            Rumusan Masalah ................................................................                1
C.            Metode  Penulisan.................................................................               2
D.           Tujuan dan Manfaat .............................................................                2
BAB II  PEMBAHASAN
A.           Hakikat pembelajaran ……………………………………...              3
B.            Pengertian pembelajaran …………………………………..               3
C.            Proses pembelajaran ……………………………………….               4
D.           Faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran …………               9
E.            Faktor pendukung keberhasilan proses pembelajaran ……..              13
F.             Prinsip pembelajaran ………………………………………              17
BAB III PENUTUP
A.      Simpulan ..............................................................................              25
DAFTAR PUSTAKA  

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar belakang
Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan dengan tuntutan dan kebutuhan  masyarakat, serta ditantang untuk dapat menjawab bebagai permasalahan lokal dan dan perubahan global yang begitu pesat,  seperti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, seni, dan budaya. Dengan perkembangan tersebut harus dibarengi dengan perkembangan dunia pendidikan yaitu dalam suatu  proses pembelajaran.
Pembelajaran  yang efektif dan efisien merujuk pada Fungsi dan tujuan pendidikan Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (Sidiknas, Pasal 3) yang berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis.
Oleh karena itu, penulis  menyusun sebuah makalah yang berjudul “ Konsep Dasar Pembelajaran dengan harapan agar makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan  pembaca mengenai konsep dasar pembelajaran itu sendiri.

B.       Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah hakikat, prinsip, dan proses pembelajaran?
2.      Faktor apa sajakah yang mempengaruhi dan mendukung keberhasilan proses pembelajaran?

C.       Metode penulisan
Metode  yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu  metode literatur. Metode literatur merupakan metode pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku dan situs-situs internet yang mendukung dan menunjang dalam pembuatan dan penyusunan makalah, sekaligus dijadikan sebagai landasan dalam penulisan suatu makalah.

D.       Tujuan dan Manfaat
Sebagaiman rumusan masalah di atas maka tujuan serta manfaat yang dapat diambil yaitu:
1.      Mengetahui hakikat, prinsip, dan proses pembelajaran.
2.      Mengetahui Faktor- Faktor yang mempengaruhi dan mendukung keberhasilan proses pembelajaran.

















BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

A.       Hakikat pembelajaran
Hakikat diartikan sebagai kebenaran dan kenyataan yang sebenarnya. Hakikat pembelajaran, di antaranya:
a.       Pembelajaran terjadi apabila subjek didik secara aktif berinteraksi dengan pendidik dan lingkungan belajar yang diatur oleh pendidik;
b.      Proses pembelajaran yang efektif memerlukan strategi, metode, dan media pembelajaran yang tepat;
c.       Program pembelajaran dirancang secara matang dan dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang dibuat;
d.      Pembelajaran harus memerhatikan aspek proses dan hasil belajar;
e.       Materi pembelajaran dan sistem penyampaiannya selalu berkembang.

B.       Pengertian pembelajaran
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar.
Pembelajaran adalah proses yang menggabungkan pekerjaan dengan pengalaman. Apa yang dikerjakan orang di dunia menjadikan pengalaman baginya. Pengalaman tersebut akan menambah keterampilan, pengetahuan atau pemahaman yang mencerminkan nilai dari dalam. Pembelajaran yang efektif akan mendorong ke arah perubahan, pengembangan serta meningkatkan hasrat untuk belajar. Pembelajaran tidak hanya menghasilkan atau membuat sesuatu, tetapi juga menyesuaikan, memperluas, dan memperdalam pengetahuan.
Sanjaya (2008: 102) mengemukakan kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction, yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari sesuatu melalui berbagai macam media sehingga dapat mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar.
Agar kegiatan pembelajaran mencapai hasil yang maksimal perlu diusahakan faktor yang menunjang seperti kondisi pelajar yang baik, fasilitas dan lingkungan yang mendukung, serta proses belajar yang tepat. Proses pembalajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen siswa sebagai input, komponen perangkat keras dan lunak sebagai instrumental input, komponen lingkungan sebagai environmental input, pelaksanaan pembelajaran sebagai komponen proses, dan akhirnya menghasilkan keluaran hasil belajar siswa sebagai komponen output. Environmental input berupa keadaan situasi sekitar yang memengaruhi pelaksanaan proses pembelajaran. Instrumental input berupa bahan atau perangkat keras yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Faktor komponen input yang memengaruhi hasil pembelajaran adalah kondisi siswa maupun lingkungan yang memungkinkan kegiatan pembelajaran mencapai sasaran yang diinginkan, yaitu tercapainya hasil pembelajaran yang optimal. Dalam pelaksanaan pembelajaran, ketiga input yaitu siswa, lingkungan, dan instansi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses serta output. Jelasnya hasil belajar siswa sangat tergantung pada beberapa faktor komponen input, proses, dan output.

C.       Proses pembelajaran
Proses pembelajaran adalah merupakan proses interaksi komunikasi aktif antara siswa dengan guru dalam kegiatan pendidikan. Agar terjadi interaksi pembelajaran yang baik, ada beberapa komponen yang yang saling berkaitan, saling membantu dan satu kesatuan yang dapat menunjang proses pembelajaran tersebut.

Komponen-komponennya yaitu :
1)   Kompetensi Pembelajaran             
2)   Materi Pembelajaran                                  
3)   Metode Pembelajaran                                
4)   Sumber/media Pembelajaran                     
5)   Manajemen interaksi pembelajaran (pengelolaan kelas)
6)   Penilaian pembelajaran
7)   Pendidik dan pengembangan proses pembelajaran
Proses dalam pembelajaran bahasa Mandarin harus diperhatikan dengan teliti. Jika hal tersebut tidak dilakukan akan membuat siswa kesulitan atau tertinggal dalam menyerap pemahaman materi yang sudah di sampaikan. Karena itu, kita harus mengetahui, beberapa hal pokok dalam proses pembelajaran yaitu :
1.    Interaksi Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan yang didominasi oleh interaksi antara guru dan siswa. Interaksi pembelajaran merupakan proses yang saling mempengaruhi.
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain.  Jadi, interaksi belajar mengajar adalah kegiatan timbal balik antara guru dengan anak didik, atau dengan kata lain bahwa interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena antara anak didik dengan temannya, antara si anak didik dengan gurunya ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan. Adapun komponen-komponen tersebut meliputi :
1.      Tujuan pendidikan dan pengajaran
2.      Peserta didik atau siswa
3.      Tenaga kependidikan khususnya guru,
4.      Perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum
5.      Strategi pembelajaran
6.      Evaluasi pengajaran.

Faktor-faktor yang mendasari terjadinya interaksi edukatif adalah faktor tujuan,faktor bahan/materi/isi,faktor guru dan peserta didik,faktor metode, dan faktor situasi.
Peranan siswa dan guru dalam interaksi pembelajaran ditentukan oleh strategi apapun metode-metode pembelajaran yang digunakan. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan strategi yang bersifat ekspositori.
Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.
Penggunaan metode ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi.
Dalam suatu pembelajaran pasti terdapat interaksi yang terjadi baik guru dengan siswa atau siswa dengan siswa lain. Contoh dalam bahasa Mandarin yaitu : dalam pembelajaran 听和说 kita harus bekerja sama dengan guru dengan memperhatikan pembicaraan saat membaca dialog dengan teliti dan kita dapat menjawab/berbicara dengan baik dan benar. Sedangkan siswa dengan siswa kita dapat mengingatkan teman kita jika, mengucapkan pelafalan yang tidak sesuai kaidah bahasa Mandarin/ salah mengucapkan.
2.    Proses Pembelajaran dalam Perspektif Siswa
Bila ditinjau dari sudut siswa, pembelajaran merupakan belajar. Belajar merupakan serangkaian upaya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dan sikap serta nilai siswa, baik kemampuan intelektual, social, afektif, maupun psikomotorik.
a.       Macam-macam Ketrampilan Intelektual
Menurut Gagne (1970) ada delapan tipe ketrampilan intelektual dalam belejar yang menunjukkan suatu hierarki kecakapan atau keterampilan dari yang rendah atau sederhana sampai yang paling tinggi atau jompleks dalam belajar yaitu :
v Signal learning (belajar tanda-tanda)
v Stimulus response learning (belajar hubungan stimulus respon)
v Chaining learning (belajar menguasai rangkaian hal)
v Verbal association learning (belajar hubungan verbal)
v Discrimination learning (belajar membedakan)
v Concept learning (belajar konsep-konsep)
v Rule learning (belajar aturan/hukum-hukum)
v Problem solving learning (belajar memecahkan masalah)

b.      Belajar di Sekolah dan di luar Sekolah
Kegiatan belajar di sekolah dibawah bimbingan dan pengawasan langsung dari guru. Sedangkan di luar sekolah tidak mendapat bimbingan dari guru. Karena kegiatan berlangsung di rumah, bimbingan belajar, ataupun perpustakan umum.

c.       Belajar Secara Klasikal, Kelompok, dan Individual
Kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat menerima/menghafal pada umumnya diberikan (dalam bentuk ceramah) secara klasikal. Upaya mengaktifkan siswa dapat dilakukan melalui penggunaan metode Tanya jawab, diskusi, demontrasi, eksperimen dll.
Kegiatan belajar yang lebih mengaktifkan siswa berlangsung secara kelompok/individual. Kegiatan diskusi, permainan, simulasi, percobaan, pemecahan masalah, dan sejenisnya dilakukan dalam kegiatan kelompok.
d.      Belajar Teori dan Praktik
Kegiatan belajar yang bersifat praktik umumnya dapat mengaktifkan siswa, bukan saja aktif secara jasmaniah, tetapi juga secara ruhaniah. Kegiatan ini dapat berlangsung secara individual/kelompok. Aspek yang dinilai bukan hanya hasil belajar, melainkan proses belajar. Teknik yang paling cocok adalah pengamatan/observasi menggunakan lembar observasi, daftar cek, dan skal penilaian.
3.    Proses Pembelajaran dalam Perspektif Guru
Dilihat dari sudut pandang guru, proses pembelajaran berwujud dalam kegiatan mengajar. Secara sempit, mengajar dapat diartikan sebagai proses penayampaian pengetahuan pada siswa. Dalam pengertian luas mengajar mencakup segala kegiatan menciptakan situasi agar para siswa belajar.
Kegiatan pembelajaran memang merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar/guru mengajar agar siswa belajar. Karena keduanya merupakan suatu keterpaduan, pendekatan atau metode mengajar yang digunakan oleh guru menentukan kegiatan yang dilakukan oleh siswa.
D.       Faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran
Ada beberapa faktor yang memengaruhi proses pembelajaran, di antaranya siswa, pendidik, kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga nonpendidik, dan lingkungan.
1.         Siswa
Siswa sering diistilahkan sebagai peserta didik, murid, pelajar, mahasiswa, anak didik, pembelajar, dan sebagainya. Pada hakikatnya, siswa adalah manusia yang memerlukan bimbingan belajar dari orang lain yang mempunyai suatu kelebihan. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika siswa lebih tua (senior) dibandingkan pendidik. Karakteristik siswa sangat penting diketahui oleh pendidik dan pengembang pembelajaran karena sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Siswalah yang akan menerima materi dan mencapai tujuan pembelajaran, sebagai berikut:
a.    Kemampuan
Kemampuan bukan hanya dilihat dari IQ, melainkan lebih menekankan pada kemampuan awal atau pengetahuan awal sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kemampuan awal berarti kemampuan yang telah ada pada siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal perlu diketahui karena merupakan kesiapan peserta dalam menerima pembelajaran.
b.    Motivasi
Motivasi dapat dibedakan antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsi. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam siswa itu sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik apabila motivasi timbul dari lingkungan di luar siswa yang bersangkutan. Di sini motivasi intrinsik khususnya lebih penting bagi keberhasilan pembelajaran.
c.    Perhatian
Di dalam proses pembelajaran, perhatian sangat besar prngaruhnya bagi keberhasilan siswa. Faktor- faktor yang akan memengaruhiperhatian siswa meliputi:
1)   Faktor internal, meliputi: minat, keahlian (fisik dan mental), karakteristik pribadi;
2)   Faktor eksternal, meliputi: intensitas stimulus, keragaman stimulus, warna, gerak, dan sistem penyajian yang menarik.
d.    Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang bersifat kompleks, menyebabkan siswa dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkunganya.
e.    Ingatan
Ingatan ini merupakan suatu system aktif menerima, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima siswa tersebut. Ingatan ini sangat efektif dan dalam menerima informasi.
f.     Lupa
Lupa adalah hilangnya informasi yang telah tersimpan dalam ingatan jangka panjang. lupa disebabkan banyak hal, diantaranya:ingatan tidak pernah dipakai, tidak ada yang tersimpan, gagal mengubah ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang, kesulitan mengingat kembali, ingatan telah aus karena waktu, materi yang dipelajari tidak/belum dikuasai, ada gangguan bentuk informasi lain yang menghambatnya.


g.    Retensi
Retensi merupakan kesan yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah siswa mempelajari sesuatu. Retensi ini merupakan kebalikan dari lupa.
h.    Transfer
Transfer merupakansuatu proses ketikamateri yang telah dipelajari akan dapat memengaruhi proses dalam mempelajari materi baru. Dalam belajar,transfer merupakan pemindaha npengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, sikap atau tanggapan dari satu situasi ke situasi yang lain.
2.         Pendidik
Pendidik sering disebut juga pengajar,dosen, guru, pamong, pembimbing, atau widyaiswara. Ada juga yang menyebutnya dengan bapa guru, kyai, resi, pendeta, dan sebagainya. Walaupun demikian, pada hakikatnya pendidik adalah seseorang yang karena kemampuannya atau kelebihannya diberikan pada orang lain melalui proses yang disebut pendidikan. Kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik meliputi kompetensi pribadi (personal), kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
3.         Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
4.         Sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan; alat; media. Menurut E. Mulyasa, Sarana Pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar, mengajar, seperti bangunan, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.
5.         Tenaga Nonpendidik
Tenaga nonpendidik meliputi tiga kelompok, yaitu pimpinan (pengelola), staf administrasi, dan tenaga bantu. Pimpinan bertugas mengelola dan mengendalikan lembaga pendidikan. Semakin besar lembaga pendidikan, pengelolanya (pimpinannya) akan berjenjang dan semakin kompleks.
6.         Lingkungan
Lingkungan merupakan situasi dan kondisi tempat lembaga pendidikan itu berada. Situasi akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran meliputi keadaan masyarakat, (rural, urban, semirural, atau semiurban, iklim, keadaan alam pegunungan/dataran tinggi, dataran rendah atau pesisir, dan sebagainya). Sementara kondisi berkaitan dengan tempat lembaga pendidikan tersebut berada. Misalkan, di tengah kota, kota besar, kota kecil, desa, dekat kota, terpencil, pelosok, dekat pasar, dekat masjid/greja, dekat perkampungan, dan sebagainya.
Lingkungan ini akan sangat berpengaruh dalam pencapaian keberhasilan belajar. Namun, lingkungan di atas merupakan lingkungan asli, yang mana lingkungan itu sukar diadakan perubahan sehingga lembaga pendidikan yang harus menyesuaikan. Meskipun demikian, seiring dengan kemajuan teknologi, lingkungan dapat diciptakan sesuai yang dikehendaki, seperti membuat lingkungan buatan berupa taman, miniature, berbagai tanaman dan binatang yang dipelihara, yang mendukung proses dan kegiatan pembelajaran.

E.       Faktor pendukung keberhasilan proses pembelajaran
Undang-undang republik indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, mengisyaratkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Yang dimaksud dengan guru sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran guru antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.
Salah satu kunci  yang harus dimiliki oleh seorang pendidik adalah kompetensi dimana kompetensi adalah seperangkat ilmu pengetahuan  dan ketrampilan mengajar guru dalam menjalankan keprofesionalan sebagai seorang guru sehingga tujuan dari pendidikan dapat dicapai dengan baik. Menurut suyanto dan djihad hisyam tiga jenis kompetensi guru, yaitu :
1.    Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya.
2.    Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas.
3.    Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani
Pemerintah dalam kebijakan pendidikan nasional telah merumuskan kompetensi guru ada empat, hal tersebut tercantum dalam penjelasan peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan social.
1.         Kompetensi pedagogik
                        Menurut prof. Dr. J. Hoogeveld (belanda), pedagogik ialah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2.         Kompetensi kepribadian/ personal
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian yang pantas diteladani, mampu melaksanakan kepemimpinan seperti yang dikemukakan ki hajar dewantara, yaitu “ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa. Tut wuri handayani”. Dengan kompetensi kepribadian maka guru akan menjadi contoh dan teladan, serta membangkitkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu seorang guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya sebagai panutan orang-orang yang dipimpinnya.
3.      Kompetensi profesional
Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi untuk  melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi di sini meliputi pengatahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seseorang guru. Dalam peraturan pemerintah no 19 tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan
Dengan kata lain pengertian guru profesional adalah orang yang punya kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru. Guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih serta punya pengalaman bidang keguruan. Seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal antara lain; memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus (continous improvement) melalui organisasi profesi, buku, seminar, dan semacamnya.
4.      Kompetensi sosial
Dimaksud dengan kompetensi sosial di dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005, pada pasal 28, ayat 3, ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul seacara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno kompetensi sosial artinya guru harus mampu menunjukkan dan berinteraksi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja di lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Peran yang dibawa guru dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu, perhatian yang diberikan masyarakat terhadap guru pun berbeda dan ada kekhususan terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah tempat guru tinggal. Beberapa kompetensi sosial yang perlu dimiliki guru antara lain; terampil berkomunikasi, bersikap simpatik, dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah, pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan, dan memahami dunia sekitarnya (lingkungan).
Guru sebagai seorang pendidik dapat melaksanakan perannya jika guru tersebut memenuhi empat syarat kompetensi yaitu komptensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Guru akan mampu mendidik dan mengajar apabila dia mempunyai kompetensi kepribadian, misalnya mempunyai kestabilan emosi, memiliki rasa tanngung jawab yang besar terhadap anak didiknya, bersikap realistis, bersikap jujur, serta bersikap terbuka dan peka terhadap perkembangan. Pada kompetensi profesional, seorang guru harus mengusai ilmu yaitu dengan pengetahuan yang luas, menguasai bahan pelajaran serta ilmu-ilmu yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diajarkan, menguasai teknologi pendidikan, menguasai kurikulum, dan lain-lain. Komptensi sosial misalnya guru guru mempunyai ketrampilan dalam membina hubungan antara guru dengan murid, guru dengan sesame guru, guru dengan kepala sekolah, guru dengan komite sekolah, serta hubungan antara guru dengan masyarakat/lingkungan. Dan kompetensi pedagogik dimana seorang guru harus dapat memahami peserta didiknya, pengembangan kurikulum/silabus, harus dapat merancang pembelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar.  Sehingga dengan begitu, seorang guru dapat menjalankan perannya sebagai seorang pendidik.
Guru harus menguasai metode mengajar, menguasai materi yang akan diajarkan dan ilmu-ilmu lain yang ada hubungannya dengan ilmu yang akan diajarkan kepada siswa. Juga mengetahui kondisi psikologis siswa dan psikologis pendidikan agar dapat menempatkan dirinya dalam kehidupan siswa dan memberikan bimbingan sesuai dengan perkembangan siswa.
Guru sebelum mengelola interaksi proses pembelajaran di kelas, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan atau materi apa yang akan dibahas sekaligus bahan-bahan yang berkaitan untuk mendukung jalannya proses pembelajaran. Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan menguasai materi pelajaran, maka guru akan lebih mudah dalam pengelolaan kelas. Selain itu guru menjadi lebih mudah dalam memilih strategi belajarnya agar tujuan yang hendak dicapai dalam materi pelajaran tersebut berhasil terwujud.
Jadi, yang menjadi komponen pendukung keberhasilan proses pembelajaran dan perlu diperhatikan oleh calon guru, antara lain adalah : Sikap guru dalam Pembelajaran, ketepatan bahasa, dan pengelolaan kelas.

F.     Prinsip Pembelajaran
Prinsip yang dimaksudkan sebagai salah satu kebenaran yang menjadi pokok dasar orang berpikir, bertindak, dan sebagainya. Dalam pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar akan membantu pendidik dalam memilih tindakan yang kelihatan baik justru akan merugikan siswa atas pencapaian keberhasilan pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994) prinsip-prinsip itu meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan, dan penguatan serta perbedaan individu.
1.         Perhatian dan Motivasi
Perhatian memang sangat berperan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini akan timbul pada siswa kalau bahan yang disajikan sesuai dengan minat, kebutuhan, dan menarik. Oleh sebab itu, berbagai upaya pendidik untuk menarik perhatianini di antaranya menggunakan media pembelajaran, mencari bahan baru, bahan yang mempunyai manfaat bagi pendekatan lanjutan atau dalam kehidupan. Motivasi juga memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran karena motivasi merupakan tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan kegiatan siswa untuk belajar
Penerapan prinsip ini dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
a)    Menggunakan metode pembelajaran bervariasi.
b)   Menggunakan media pembelajaran untuk memperjelas pembelajaran.
c)    Menggunakan ilustrasi dan contoh-contoh peristiwa nyata untuk memperjelas pembelajaran.
d)   Menggunakan kegiatan yang melibatkan peserta (Tanya jawab, sumbang saran, demontrasi, simulasi, dan lain-lain.
e)    Menggunakan humor yang relevan dengan bahan pembelajaran jika memungkinkan.
2.         Keaktifan
Keaktifan merupakan prinsip dalam pembelajaran.Teori behavioristik memperjelas tentang adanya respons, tanpa ada respons (aktivitas) belajar tidak akan dapat terjadi meskipun di beri stimulus. Demikian juga dalam teori kognitif bahwa belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa akan mengolah informasi yang diterima. Tanpa keaktifan siswa dalam belajar, tidak akan dapat membuat kesimpulan. Menurut teori ini peserta dituntut untuk mampu mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang diperolehnya.
Keaktifan memiliki beragam bentuk. Bentuk keaktifan dalam belajar dapat di kategorikan menjadi dua, yaitu keaktifan yang dapat diamati (konkret) dan sulit diamati (abstrak).Kegiatan yang dapat diamati, misalnya mendengar, menulis, membaca, menyanyi, menggambar, dan berlatih. Kegiatan ini biasanya berhubungan dengan kerjaotot (psikomotorik).Sementara kegiatan yang sulit diamati berupa kegiatan psikis seperti menggunakan khazanah pengetahuan untuk memecahkan permasalahan, membandingkan konsep, menyimpulkan hasil pengamatan, berpikir tingkat tinggi .

Penerapan prinsip keaktifan dalam kegiatan pembelajaran antara lain:
a.    Dalam pembelajaran menggunakan macam-macam metode dan media;
b.    Dalam pembelajaran memberikan pada siswa secara individu dan kelompok;
c.    Memberikan kesempatan diskusi dan Tanya jawab;
d.   Memberikan tugas pada siswa untuk mempelajari bahan dan mencakup bahan-bahan yang belum jelas dan penting;
e.    Memberikan kesempatan pada siswa melakukan percobaan-percobaan secara berkelompok.
3.         Keterlibatan Langsung
Belajar harus dilakukan sendiri oleh siswa, karena belajar yang baik melalui pengalaman. Pengajar harus menyadari bahwa keaktifan memerlukan pengalaman secara langsung dalam pembelajaran. Keterlibatan langsung yang dimaksudkan di sini menyangkut keterlibatan secara fisik, mental, emosional, dan intelektual dalam semua kegiatan pembelajaran. Penerapan prinsip ini dalam kegiatan pembelajaran meliputi:
a.    menggunakan media yang langsung dapat digunakan siswa;
b.    memberikan tugas untuk mempraktikkan gerakan (ketrampilan) yang ditentukan pendidik;
c.    melibatkan siswa dalam mencari informasi dari berbagai sumber, baik di luar kelas maupun di luar sekolah/lembaga pendidikan;
d.   memberikan kesempatan pada peserta melakukan eksperimen (percobaan-percobaan)
                 Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan, bukan hanya melihat bagaimana orang membuat tempe, apalagi hanya mendengar cerita bagaimana cara pembuatan tempe. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa belajar sambil bekerja, karena dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta dapat mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
                 Hal ini juga sebagaimana yang di ungkapkan Jean Jacques Rousseau bahwa anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian, segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri. Pembelajaran itu akan lebih bermakna jika siswa "mengalami sendiri apa yang dipelajarinya" bukan "mengetahui" dari informasi yang disampaikan guru, sebagaimana yang dikemukakan Nurhadi bahwa siswa akan belajar dngan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah.
                 Dari berbagai pandangan para ahli tersebut menunjukkan berapa pentingnya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan "learning by doing"-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif. Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional, dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Modus Pengalaman belajar adalah sebagai berikut: kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, maka peserta didik akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik untuk melakukan sesuatu dan melaporkan nya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Hal ini ada kaitannya dengan pendapat yang dikemukakan oleh seorang filsuf China Confucius, bahwa:“apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan saya paham.”
4.         Pengulangan
Banyak teori pembelajaran yang menyimpulkan bahwa perlu penekanan pengulangan(trial and error) dalam kegiatan pembelajaran. Teori yang memperkuat prinsip pengulangan ini adalah teori psikologi sosiasi, yang mengatakan belajar adalah pembentukan gabungan antara stimulus dan respons.Dengan memperbanyak pengulangan akan memperbesar timbulnya respons secara benar. Prinsip ini diterapkan dalam kegiatan pembelajaran melalui beberapa kegiatan, antara lain:
a.    Perlu membuat rancangan pengulangan terutama bahan yang bersifat hafalan dan latihan;
b.    Mengembangkan soal-soal bersifat hafalan dan latihan;
c.    Membuat kegiatan pengulangan kegiatan secara bervariasi;
d.   Mengembangkan kelompok kegiatan yang bersifat psikomotorik yang harus diulangi
e.    Mengembangkan alat evaluasi dalam kegiatan pengulangan.
5.         Tantangan
                 Teori medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam belajar berada dalam suatu medan. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Menurut teori ini belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Agar pada diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan pelajaran harus menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penggunaan metode eksperimen, inquiri, discovery juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif dan negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukuman yang tidak menyenangkan.
                 Belajar yang mengalami hambatan akan menimbulkan motif(tantangan) untuk mengatas ihambatantersebut. Aktivitas dalam tantangan ini akan membuat siswa belajar dengan giat. Bahan pembelajaran harus bersifat menantang seperti bahan-bahan pembelajaran yang memerlukan pemecahan masalah, tanggapan, dan latihan-latihan. Pelajaran yang memberikan kesempatan pada peserta untuk menemukan konsep, prinsip, dan generalisasi sangat cocok dan sesuai dengan prinsip ini.
a.    Memberikan tugas pada peserta yang bersifat pemecahan masalah yang memerlukan bantuan informasi dari luar sekolah atau orang lain
b.    Menugaskan pada siswa membuat kesimpulan atau rangkuman isi pelajaran
c.    Membimbing peserta untuk menemukan konsep, prinsip, akta, dan generalisasi
d.   Memberikan kesempatan untuk melakukan percobaan baik secara individual atau kelompok
e.    Merancang kegiatan semacam diskusi, seminar, dan workshop
6.         Balikan dan Penguatan
Dalam teori operant conditioning menekankan perlunya balikan dan penguatan sehingga sangat sesuai dengan prinsip ini. Ada dua macam penguatan, yaitu penguatan positif bila siswa mendapatkan hasil baik dan terdorong untuk belajar lebih giat, dan penguatan negative bila siswa mendapatkan hasil tidak/kurang baik dan terdorog untuk mempelajarinya dengan giat setelah mengetahui penjelasan atas kesalahanya. Olehkarenaitu, perlunya balikan atas hasil pekerjaan yang diberikan pendidik kepada siswa. Prinsip ini penerapannya dalam kegiatan pembelajaran di antaranya :
a.    Memberikan kepastian jawaban yang telah ditanyakan pada siswa;
b.    Menyerahkan pekerjaan rumah dan memberikan catatan-catatan pembetulan;
c.    Mengembalikan setiap hasil pekerjaan, hasil tes, dan tugas lainnya pada siswa;
d.   Mengumumkan peringkat peserta didik berdasarkan hasil penilaian
e.    Memberikan penguatan verbal seperti tepat, baik, bagus, sip, hebat, cerdas, pintar;
f.     Memberikan penguatan non verbal, seperti anggukan, acungan jempol, dan isyarat lainnya.

7.         Perbedaan Individu
Siswa merupakan makhluk yang unik. Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Artinya siswa dalam satu kelas selalu heterogen dan tidak akan homogen. Hal ini tentu saja mempengaruhi proses pembelajaran. Oleh karena itu, kita sebagai guru harus melihat perbedaan tiap individu tersebut san berusaha untuk memfasilitasinya dalam kegiatan belajar. Salah satu caranya dengan menerapkan multimetode, multimedia, dan program pengayaan. Setiap siswa akan nyaman berada di kelas jika setiap individunya diperhatikan.
Prinsip pembelajaran orang China sendiri adalah : ( 复习fùxí) mengulang( 预习yùxí) mempersiapkan dan ( 练习liànxí) berlatih,  yang ketiganya merupakan sebuah kesatuan dari  ( 学习xuéxí) belajar dan( 教育jiàoyù) pengajaran. Hal ini tentunya bisa dijadikan sebuah prinsip baru atau mungkin prinsip tambahan bagi calon pengajar. Tentunya prinsip pembelajaran orang China sendiri jika dikorelasikan dengan prinsip pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono memiliki kesinambungan yang kuat dan bisa disejajarkan. Dan pastinya korelasi tersebut kembali kepada tujuan awal yakni membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.







BAB III
PENUTUP

A.       Simpulan
1.         Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Proses pembelajaran adalah merupakan proses interaksi komunikasi aktif antara siswa dengan guru dalam kegiatan pendidikan. Prinsip pembelajaran meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan, dan penguatan serta perbedaan individu.
2.         Faktor yang memengaruhi proses pembelajaran, di antaranya siswa, pendidik, kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga nonpendidik, dan lingkungan. Faktor pendukung keberhasilan proses pembelajaran adalah peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.







 

4 komentar: