UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)
PSIKOLINGUISTIK
Disusun
oleh :
Widarti
/ 2012 A / 12020774020
PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN
FAKULTAS BAHASA DAN
SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
Ujian
Tengah Semester Genap 2014/1015
Mata Kuliah : Psikolinguistik
Hari, tanggal : Selasa, 14 April 2015
Waktu : 100 menit
Dosen : Dr. Mintowati, M.Pd.
Petunjuk:
1. Soal
dikirim via email.
3. Waktu
pengiriman jawaban via email: selasa, 14 april 2015, pukul 23.59.
4. Plagiasi
akan dikenai sanksi nilai E dan tidak ada UTS ulang.
5. Sebutkan
sumber rujukan yang Anda gunakan dalam menjawab pertanyaan.
Soal :
1. Pilih
satu topik dari sejumlah topik berikut ini!
No.
|
Topik
|
1.
|
Otak manusia dan kemampuan berbahasa
|
2.
|
Produksi bahasa
|
3.
|
Persepsi bahasa
|
2. Ajukan
tiga pertanyaan kritis dari topik yang Anda pilih!
3. Jawab
ketiga pertanyaan tersebut dengan menggunakan rujukan yang bisa
dipertanggungjawabkan.
JAWABAN
1.
Pilih satu topik dari sejumlah topik
berikut ini!
Produksi bahasa
2.
Ajukan tiga pertanyaan kritis dari topik
yang Anda pilih!
a.
Mengapa produksi ujaran pada manusia
termasuk dalam kajian psikolinguistik?
b.
Bagaimanakah psikolinguistik memandang
gejala latah pada manusia?
c.
Salah satu gejala yang sering terjadi
pada manusia saat berujar. Contohnya : (a) itu si... Anu (kemarin nyari kamu).
(b) itu
si siapa se itu (kemarin nyari kamu).
Bagaimanakah psikolinguistik melihat gejala di atas?
3.
Jawab ketiga pertanyaan tersebut dengan
menggunakan rujukan yang bisa dipertanggungjawabkan.
a.
Pada saat manusia berujar, kita
sebenarnya tidak menyadari bagaimana sulitnya kita berujar. Saat kita
berbicara, kita seolah-olah dengan sangat mudah merentetkan kata demi kata
seperti tanpa harus berfikir. Hal seperti ini biasa terjadi pada saat kita
berbicara tentang kehidupan sehari-hari dengan orang yang dekat dengan kita,
misalnya pada saat kita berbicara dengan anggota keluarga, tetangga atau teman dekat. Perasaan seperti
ini memang dapat dimengerti karena kita sebagai penutur asli B1 tidak sadar
bahwa sebenarnya dalam berkomunikasi, kita memerlukan perencanaan mental yang
rinci dari tingkat wacana sampai pada tingkat pelaksanaan artikulasinya. Hal
ini berarti bahwa produksi kalimat atau ujaran tidak hanya memerlukan proses
psikologis untuk meramu unsur-unsur yang akan kita katakan dalam urutan yang
wajar, tetapi juga memerlukan koordinasi yang tepat dengan neurobiologi (otak)
kita. Dardjowidjojo (2010:115).
b.
Latah merupakan gejala yang unik. Latah
adalah suatu tindak kebahasaan di mana seseorang, saat terkejut atau
dikejutkan, mengeluarkan kata-kata secara spontan dan tidak sadar dengan apa
yang ia katakan. Contoh, kita tahu bahwa si A itu latah dan kita ingin
menggodanya, kita buat dia terkejut dan dia akan mengeluarkan kata-kata
tertentu secara spontan. Latah mempunyai ciri-ciri yaitu:
Ø Konon
hanya terjadi di wilayah Asia Tenggara
Ø Pelakunya
hampir selalu wanita
Ø Kalau
kejutannya berupa kata, maka si latah juga bisa hanya mengulang kata itu saja
Seberapa jauh kebenaran ciri-ciri
di atas, rasanya belum pernah diteliti dan merupakan topik yang perlu suatu
saat dikaji. Dardjowidjojo (2010:154).
c.
Tidak semua orang dapat berbicara lancar untuk semua topik
pembicaraan. Dalam kajian psikolinguistik terdapat istilah senyapan( pause) dan kekeliruan (errors). Kesenyapan dalam ujaran bisa
terjadi karena pembicara lupa kata-kata apa yang ia perlukan, atau dia sedang
mencari kata yang paling tepat. Dalam kebanyakan hal, manusia sering senyap
waktu berbicara. Ada berbagai alasan yaitu: (a) orang senyap karena dia telah
terlanjur mulai dengan ujarannya, tetapi sebenarnya dia belum siap untuk
seluruh kalimat itu, oleh karena itu dia senyap sejenak untuk mencari kata
untuk melanjutkan ujarannya, (b) kesenyapan bisa terjadi karena dia lupa
kata-kata yang diperlukan, karena itu dia harus mencarinya untuk melanjutkan
ujarannya. (c) kemungkinan ketiga karena dia harus berhati-hati dalam memilih
kata agar dampaknya pada pendengar tidak menghebohkan.
d.
Ketidaksiapan maupun keberhati-hatian
dalam berujar terwujud dalam dua macam senyapan, yaitu senyapan diam dan
senyapan terisi. Pada senyapan diam, pembicara akan berhenti sejenak dan diam
saja dan setelah menemukan kata yang dia cari dia melanjutkan kalimatnya. Pada
bahasa kita, kata-kata seperti anu, apa
itu, siapa itu sering dipakai sebagai pengisi. Seperti pada contoh (a) itu
si... Anu (kemarin nyari kamu).
(b) itu
si siapa se itu (kemarin nyari kamu).
Dardjowidjojo (2010:141-143).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar