Kamis, 17 September 2015

Ujian Tengah Semester Prodi Bahasa Mandarin UNESA



UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)
PSIKOLINGUISTIK













Disusun oleh :
Widarti / 2012 A / 12020774020

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


Ujian Tengah Semester Genap 2014/1015
Mata Kuliah         : Psikolinguistik
Hari, tanggal        : Selasa, 14 April 2015
Waktu                  : 100 menit
Dosen                   : Dr. Mintowati,  M.Pd.

Petunjuk:
1.     Soal dikirim via email.
2.     Jawaban dikirim via email ke mintowati@yahoo.co.id.
3.     Waktu pengiriman jawaban via email: selasa, 14 april 2015, pukul 23.59.
4.     Plagiasi akan dikenai sanksi nilai E dan tidak ada UTS ulang.
5.     Sebutkan sumber rujukan yang Anda gunakan dalam menjawab pertanyaan.
Soal :
1.     Pilih satu topik dari sejumlah topik berikut ini!
No.
Topik
1.
Otak manusia dan kemampuan berbahasa
2.
Produksi bahasa
3.
Persepsi bahasa

2.     Ajukan tiga pertanyaan kritis dari topik yang Anda pilih!
3.     Jawab ketiga pertanyaan tersebut dengan menggunakan rujukan yang bisa dipertanggungjawabkan.





JAWABAN
1.     Pilih satu topik dari sejumlah topik berikut ini!
Produksi bahasa
2.     Ajukan tiga pertanyaan kritis dari topik yang Anda pilih!
a.     Mengapa produksi ujaran pada manusia termasuk dalam kajian psikolinguistik?
b.     Bagaimanakah psikolinguistik memandang gejala latah pada manusia?
c.      Salah satu gejala yang sering terjadi pada manusia saat berujar. Contohnya : (a) itu si... Anu (kemarin nyari kamu).
     (b) itu si siapa se itu (kemarin nyari kamu).
Bagaimanakah psikolinguistik melihat gejala di atas?
3.     Jawab ketiga pertanyaan tersebut dengan menggunakan rujukan yang bisa dipertanggungjawabkan.
a.       Pada saat manusia berujar, kita sebenarnya tidak menyadari bagaimana sulitnya kita berujar. Saat kita berbicara, kita seolah-olah dengan sangat mudah merentetkan kata demi kata seperti tanpa harus berfikir. Hal seperti ini biasa terjadi pada saat kita berbicara tentang kehidupan sehari-hari dengan orang yang dekat dengan kita, misalnya pada saat kita berbicara dengan anggota keluarga,  tetangga atau teman dekat. Perasaan seperti ini memang dapat dimengerti karena kita sebagai penutur asli B1 tidak sadar bahwa sebenarnya dalam berkomunikasi, kita memerlukan perencanaan mental yang rinci dari tingkat wacana sampai pada tingkat pelaksanaan artikulasinya. Hal ini berarti bahwa produksi kalimat atau ujaran tidak hanya memerlukan proses psikologis untuk meramu unsur-unsur yang akan kita katakan dalam urutan yang wajar, tetapi juga memerlukan koordinasi yang tepat dengan neurobiologi (otak) kita. Dardjowidjojo (2010:115).
b.       Latah merupakan gejala yang unik. Latah adalah suatu tindak kebahasaan di mana seseorang, saat terkejut atau dikejutkan, mengeluarkan kata-kata secara spontan dan tidak sadar dengan apa yang ia katakan. Contoh, kita tahu bahwa si A itu latah dan kita ingin menggodanya, kita buat dia terkejut dan dia akan mengeluarkan kata-kata tertentu secara spontan. Latah mempunyai ciri-ciri yaitu:
Ø Konon hanya terjadi di wilayah Asia Tenggara
Ø Pelakunya hampir selalu wanita
Ø Kalau kejutannya berupa kata, maka si latah juga bisa hanya mengulang kata itu saja
Seberapa jauh kebenaran ciri-ciri di atas, rasanya belum pernah diteliti dan merupakan topik yang perlu suatu saat dikaji. Dardjowidjojo (2010:154).
c.        Tidak semua orang dapat  berbicara lancar untuk semua topik pembicaraan. Dalam kajian psikolinguistik terdapat istilah senyapan( pause) dan kekeliruan (errors). Kesenyapan dalam ujaran bisa terjadi karena pembicara lupa kata-kata apa yang ia perlukan, atau dia sedang mencari kata yang paling tepat. Dalam kebanyakan hal, manusia sering senyap waktu berbicara. Ada berbagai alasan yaitu: (a) orang senyap karena dia telah terlanjur mulai dengan ujarannya, tetapi sebenarnya dia belum siap untuk seluruh kalimat itu, oleh karena itu dia senyap sejenak untuk mencari kata untuk melanjutkan ujarannya, (b) kesenyapan bisa terjadi karena dia lupa kata-kata yang diperlukan, karena itu dia harus mencarinya untuk melanjutkan ujarannya. (c) kemungkinan ketiga karena dia harus berhati-hati dalam memilih kata agar dampaknya pada pendengar tidak menghebohkan.
d.     Ketidaksiapan maupun keberhati-hatian dalam berujar terwujud dalam dua macam senyapan, yaitu senyapan diam dan senyapan terisi. Pada senyapan diam, pembicara akan berhenti sejenak dan diam saja dan setelah menemukan kata yang dia cari dia melanjutkan kalimatnya. Pada bahasa kita, kata-kata seperti anu, apa itu, siapa itu sering dipakai sebagai pengisi. Seperti pada contoh (a) itu si... Anu (kemarin nyari kamu).
     (b) itu si siapa se itu (kemarin nyari kamu).
Dardjowidjojo (2010:141-143).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar