Kamis, 17 September 2015

Proposal penelitian pendidikan bahasa Mandarin



PROPOSAL PENELITIAN PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN
“PENGARUH PENGGUNAAN BIHUA BISHUN TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS HANZI SISWA KELAS X-BAHASA SMA NEGERI 1 DRIYOREJO GRESIK”









Disusun oleh :
Widarti / 2012 A / 122774020

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
TAHUN 2014-2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME karena atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian pendidikan bahasa Mandarin ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Proposal ini dibuat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa adanya uluran tangan dan partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
·         Dr. Maria Mintowati, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan
·         Orang tua penulis yang telah memberi dukungan moral dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
·         Teman – teman yang selalu memberi dukungan serta saran agar penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan proposal oleh penulis di masa yang akan datang.
Akhirnya besar harapan penulis, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua orang yang membaca pada umumnya.

Surabaya,  5 Januari  2015



      Penulis

       

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ............................................................................      ii
KATA PENGANTAR  .........................................................................      iii
DAFTAR ISI  ........................................................................................       iv
BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang .....................................................................       1
B.       Rumusan Masalah ...............................................................        3                 
C.       Tujuan Penelitian .................................................................       3                  
D.       Manfaat Penelitian ...............................................................       3                   
E.        Batasan Istilah ......................................................................      4        
BAB II  KAJIAN PUSTAKA
A.       Penelitian terdahulu yang relevan .......................................        6
B.       Menulis
1.    Pengertian menulis .........................................................        7
2.    Jenis tulisan ....................................................................        7
C.       Aksara Mandarin (Hanzi)
1.    Hubungan antara aksara dan bahasa ...............................       8
2.    Pengertian aksara Mandarin ............................................       8
3.    Karakteristik aksara Mandarin ........................................       9
4.    Perkembangan aksara Mandarin .....................................       9
5.    Perubahan bentuk aksara Mandarin ................................       11
D.       Goresan pada aksara Mandarin (Bihua)
1.    Dasar-dasar bentuk goresan pada aksara Mandarin ........       11
2.    Bentuk goresan gabungan pada aksara Mandarin ...........       12
3.    Peraturan dasar penulisan goresan ..................................       12
4.    Jumlah goresan ................................................................       12
5.    Hubungan jumlah goresan dengan bentuk aksara ...........       12
E.        Urutan goresan pada aksara Mandarin (Bishun)
1.    Aksara tunggal dan aksara gabungan .............................        14
2.    Tata cara urutan goresan aksara Mandarin .....................        15
BAB III METODE PENELITIAN
A.       Jenis dan Rancangan Penelitian ..........................................        16
B.       Populasi dan Sampel
1.    Populasi ..........................................................................        16
2.    Sampel ............................................................................        17
C.     Instrumen dan Teknik Penelitian .........................................        18
D.    Teknik Analisis Data ...........................................................         19
DAFTAR RUJUKAN  

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting untuk berkomunikasi dengan orang lain. Wassid dan Sunear (2008:226) menyatakan bahwa dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan, atau informasi kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan.
Suatu negara hendaknya mempelajari bahasa negara lain untuk memperlancar hubungan kerja sama dalam beberapa bidang, tak terkecuali Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang senantiasa menjalin kerja sama dengan negara lain. Hal ini terlihat pada hubungan kerja sama yang baik antara Indonesia dan China di beberapa bidang, seperti di bidang pendidikan, kebudayaan, dan perdagangan. Dalam beberapa tahun terakhir China mengalami perkembangan yang sangat pesat khususnya di bidang perdagangan. Sekarang ini China telah menjadi negara yang menguasai pasar Internasional. Salah satu contoh kerjasama antara Indonesia dan China di bidang pendidikan yaitu dengan ditandai adanya berbagai akses kemudahan bagi pelajar Indonesia untuk belajar bahasa Mandarin di China. Oleh sebab itu, dewasa ini  bahasa Mandarin dianggap penting kedudukan dan peranannya bagi warga Indonesia, khususnya agar warga Indonesia dapat berkomunikasi dengan warga China.
Melihat prospek bahasa Mandarin di era global yang semakin penting, di Indonesia mulai ada beberapa lembaga nonformal yang mulai membuka bimbingan belajar bahasa Mandarin. Di samping itu, banyak institusi pendidikan di Indonesia yang memasukkan bahasa Mandarin dalam kurikulum sekolah, baik sebagai muatan lokal maupun kegiatan ekstrakurikuler, salah satunya yaitu SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik. SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik telah membuka kelas khusus bagi siswa untuk belajar berbagai bahasa, yaitu kelas X-Bahasa, XI-Bahasa, dan XII-Bahasa. Di SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik, bahasa Mandarin dimasukkan sebagai salah satu muatan lokal selain bahasa Inggris.
Banyak masyarakat memiliki anggapan bahwa balajar bahasa Mandarin merupakan hal yang sulit, utamanya bagi para pemula. Dalam mempelajari bahasa Mandarin ditemukan beberapa kendala, salah satunya adalah adanya kesulitan pada saat menulis aksara Mandarin (Hanzi).
Hanzi merupakan aksara yang menyatakan arti (ideogram). Hanzi merupakan ciri khas dari bahasa Mandarin. Bahasa Mandarin memiliki huruf atau aksara yang berupa simbol-simbol. Pembentukan dari aksara Mandarin yang berbeda menghasilkan makna atau arti yang berbeda pula. Dalam mempelajari bahasa Mandarin, menulis Hanzi menjadi tantangan tersendiri karena hurufnya berupa simbol-simbol. Tetapi hal tersebut tidak mengurangi minat pembelajar untuk terus belajar bahasa Mandarin. Untuk itulah perlu adanya metode pembelajaran yang efektif guna meningkatkan keterampilan menulis Hanzi khususnya pada siswa kelas X-Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik sebagai pembelajar pemula bahasa Mandarin.
Dalam Kamus Praktis Indonesia-Tionghoa, Tionghoa-Indonesia disebutkan bahwa Bihua Bishun merupakan urutan goresan atau guratan dalam menulis Hanzi. Penulisan Hanzi dengan Bihua Bishun tidak seperti menulis huruf biasa. Penulisan Hanzi dengan Bihua Bishun merupakan cara menulis Hanzi dengan aturan yang benar. Penulisan Hanzi lebih memperhatikan urutan goresan yang sesuai dengan aturannya daripada hasil akhir penulisan  huruf tersebut.
Oleh karena itu, penulis menyusun proposal yang berjudul “ Pengaruh Penggunaan Bihua Bishun terhadap Ketrampilan Menulis Hanzi Siswa Kelas X-Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik” dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan keterampilan menulis Hanzi siswa Kelas X-Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik setelah diterapkannya penggunaan Bihua Bishun dalam proses pembelajaran bahasa Mandarin.


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah yaitu :
a.       Bagaimana pengaruh penggunaan Bihua Bishun terhadap keterampilan menulis Hanzi siswa kelas X-Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik?
b.      Bagaimana respon siswa mengenai penggunaan Bihua Bishun terhadap keterampilan menulis Hanzi siswa kelas X-Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik?
C.    Tujuan Penelitian
Merujuk pada latar belakang dan rumusan masalah, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
a.       Mendeskripsikan pengaruh penggunaan Bihua Bishun terhadap keterampilan menulis Hanzi siswa kelas X-Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik.
b.      Memaparkan respon siswa mengenai penggunaan Bihua Bishun terhadap keterampilan menulis Hanzi siswa kelas X-Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik.
D.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Manfaat teoretis: hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu pendidikan di Indonesia,  utamanya mengenai pembelajaran bahasa Mandarin.
2.      Manfaat praktis:  hasil penelitian mengenai penggunaan Bihua Bishun terhadap keterampilan menulis Hanzi dalam penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak.
a)      Bagi mahasiswa: hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan  dan pengetahuan mahasiswa mengenai pengaruh penggunaan Bihua Bishun dalam pembelajaran bahasa Mandarin, serta dapat dijadikan sebagai rujukan bagi mahasiswa untuk menulis proposal penelitian pendidikan yang baik dan benar.
b)      Bagi guru: hasil penelitian ini dapat digunakan bagi guru sebagai referensi  untuk memilih metode yang efektif dalam proses pembelajaran bahasa Mandarin khusunya menulis Hanzi.
c)      Bagi siswa: hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan siswa mengenai penggunaan Bihua Bishun dalam bahasa Mandarin. 
d)     Bagi peneliti lain:  hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan atau pedoman untuk menulis proposal penelitian pendidikan mengenai penggunaan Bihua Bishun dalam bahasa Mandarin.
E.     Batasan Istilah
Agar tidak menimbulkan perbedaan pengertian, perlu ada penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini.
1.      Pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu (orang, benda dsb) yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan seseorang ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997 :747).
2.      Bihua adalah  guratan atau goresan dalam aksara Mandarin (Kamus Praktis Indonesia-Tionghoa, Tionghoa-Indonesia, 2001:18).
3.      Bishun adalah tata cara urutan dalam penulisan aksara  Mandarin ( Suparto, 2002 : 43).
4.      Keterampilan adalah keahlian khusus untuk mengerjakan usaha tertentu sebagai manifestasi dari pengalaman, pengetahuan yang dapat diasosiasikan dalam bentuk karya (Wulandari,  2006: 27).
5.      Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 1982 :3).
6.      Hanzi adalah simbol bentuk yang tertulis dari bahasa Mandarin (Suparto, 2002 :7).






















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian mengenai penggunaan Bihua Bishun dalam pembelajaran bahasa Mandarin pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, salah satunya oleh staf pengajar bahasa Mandarin Universitas Jenderal Soedirman yaitu Tjaturrini (2012) dengan judul penelitiannya yaitu “Penggunaan Teknik Pembelajaran dengan Menggunakan Bihua Bishun untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Hanzi”. Adapun hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa teknik penulisan aksara Mandarin dengan menggunakan Bihua Bishun di samping bermanfaat untuk keindahan tulisan, juga sangat berguna untuk menyederhanakan metode menghafal Hanzi yang tentu saja dapat menghemat memori otak.
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah membahas penggunaan Bihua Bishun dalam pembelajaran bahasa Mandarin.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Tjaturrini (2012) adalah penelitian yang dilakukan Tjaturrini tersebut termasuk jenis penelitian tindakan kelas dan bersubjek mahasiswa Program Studi D3 Bahasa Mandarin Universitas Jenderal Soedirman, sedangkan penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen yang bersubjek siswa kelas X-Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo. Selain itu, penelitian ini lebih menekankan pada meneliti seberapa besar pengaruh penggunaan Bihua Bishun terhadap keterampilan menulis Hanzi siswa kelas X-Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo, sedangkan penelitian yang yang dilakukan Tjaturrini (2012) lebih menekankan pada penggunaan Bihua Bishun sebagai salah satu teknik pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis Hanzi mahasiswa Program Studi D3 Bahasa Mandarin Universitas Jenderal Soedirman.
B.     Menulis
1.      Pengertian Menulis
Menulis merupakan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa (Lado, 1979 : 142).
Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini merupakan perbandingan utama antara lukisan dan tulisan. Dengan kata lain menggambar suatu aksara bukanlah menulis. Seorang pelukis dapat saja melukis aksara-aksara Mandarin, tetapi dia tidak dapat dikatakan menulis kalau tidak tahu bagaimana cara menulis aksara Mandarin, yaitu tidak memahami bahasa Mandarin beserta aksara-aksaranya. Dengan kriteria yang seperti itu, dapat dikatakan bahwa menyalin atau mengopi aksara-aksara suatu naskah dalam aksara-aksara tertentu untuk dicetak bukanlah menulis kalau orang tersebut tidak memahami bahasa tersebut beserta representasinya (Lado, 1979:143).
2.      Jenis Tulisan
Song (2001:169) menyatakan bahwa jenis dari tulisan aksara Mandarin dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
a.       宋体, adalah jenis tulisan aksara Mandarin yang  paling umum digunakan.
b.      仿宋体, adalah jenis tulisan aksara Mandarin yang dalam penulisannya mengutamakan keindahan.
c.       楷体, adalah jenis tulisan aksara Mandarin yang cara penulisannya menggunakan tangan seperti pada aksara楷书 (kǎi shū).
d.      黑体, adalah jenis tulisan aksara Mandarin yang cara penulisannya menekankan pada ketebalan huruf, biasanya jenis tulisan ini digunakan untuk menunjukkan hal yang penting.
Wei ( 2010:3) membagi jenis tulisan aksara Mandarin menjadi 3 jenis, yaitu:
a.       宋体, adalah huruf cetak yang paling umum digunakan.
b.      正楷体, adalah bentuk tulisan reguler yang digunakan ketika menulis aksara Mandarin dengan mopit.
c.       手写体, adalah bentuk tulisan tangan yang digunakan ketika menulis aksara Mandarin dengan pena.
C.    Aksara Mandarin (Hanzi)
1.      Hubungan Bahasa dengan Aksara
Bahasa merupakan sistem dari suatu simbol yang menyatakan pikiran dan perasaan seseorang, sedangkan aksara merupakan sistem dari bentuk tertulis(tercatat) dari bahasa. Dengan kata lain, bahasa adalah jenis yang pertama ada, kemudian aksara. Aksara merupakan simbol bentuk tertulis dari kata-kata yang diucapkan. Aksara terbentuk dari tiga sistem, yaitu terbentuk dari bentuk, bunyi, dan arti.
Aksara terdiri dari tiga jenis, yaitu aksara yang menyatakan bentuk, bunyi dan arti. Contoh aksara yang menyatakan bentuk (yang disebut juga aksara piktografis atau aksara gambar) adalah aksara yang tercatat dalam tempurung kura-kura dan tulisan paku (sfenogram). Aksara latin bahasa Inggris dan bahasa Indonesia termasuk aksara yang menyatakan bunyi. Aksara Mandarin (Hanzi) dan aksara Mesir kuno merupakan  aksara yang menyatakan arti (Suparto, 2003:4).
2.      Pengertian Aksara Mandarin
Aksara Mandarin adalah simbol bentuk yang tertulis dari bahasa Mandarin. Bahasa Mandarin adalah bahasa yang dipakai oleh suku bangsa Han yang digunakan sebagai alat bantu untuk berkomunikasi dari zaman dahulu sampai sekarang. Aksara Mandarin dengan pembentukannya dapat berdiri sendiri, yaitu sebagai aksara yang awalnya berasal dari bentuk gambar (Jian, 2007 : 3).
3.      Karakteristik Aksara Mandarin
Jika dilihat dari sudut pandang bahasa dan aksaranya, aksara Mandarin dengan aksara lainnya mempunyai ciri khas yang sama, yaitu bahasa yang merupakan dasar dan aksara merupakan bentuk penulisan atau simbol. Aksara Mandarin adalah aksara yang menyatakan arti (ideogram). Aksara Mandarin mempunyai lafal, tetapi bentuk aksaranya tidak melambangkan bunyi, melainkan menyatakan arti. Dapat dikatakan, struktur pembentukan dari bentuk aksara Mandarin yang berbeda maka artinya pun berbeda (Song, 2001:163).
Selain menyatakan arti, keistimewaan aksara Mandarin yang lain yaitu menyatakan aksara yang paling tua di dunia, dan aksara yang berkembang dengan sendirinya (perkembangan dan perubahan aksara Mandarin tidak dipengaruhi oleh aksara lain). Perkembangan aksara dan bahasa Mandarin sangat mempengaruhi aksara dan bahasa daerah di China (Suparto, 2003:5).
4.      Perkembangan Aksara Mandarin
1.      甲骨文 jiǎ gǔ wén
Kulit keras (jiǎ) yang disebut adalah kulit tempurung kura-kura, sedangkan tulang (gǔ) yang dimaksud adalah tulang dari hewan sehingga tulisan jiǎ gǔ wén adalah tulisan yang ditulis pada tempurung kura-kura atau tulang hewan. Dengan demikian, tulisan jiǎ gǔ wén ini goresannya kurus dan halus, serta jenis penulisannya sangat banyak. Karakteristik gambar dari tulisan jiǎ gǔ wén sangat berpengaruh sehingga aksara jiǎ gǔ wén ini kebanyakan masih mempertahankan bentuk gambarnya (Jian, 2007 :83).

2.      金文 jīn wén
Aksara jīn wén diukir, dituangkan , dan dicetakkan pada alat perunggu yang terbuat dari bahan logam sehingga dinamakan jīn wén. Biasanya alat perunggu yang digunakan adalah lonceng dan bejana yang bertelinga dua dan berkaki tiga sehingga dinamakan dǐng wén (鼎文). Sementara itu, dalam menuangkan pada cetakan perunggu, pasti melewati proses pematrian sehingga aksara ini disebut juga míng wén. Aksara jīn wén merupakan perubahan dari aksara jiǎ gǔ wén sehingga bentuk dan strukturnya hampir sama dengan jiǎ gǔ wén. Perbedaannya adalah aksara jīn wén dituangkan pada cetakan logam sehingga goresannya kasar, bentuknya melengkung, dan bulat (Song, 2001 :171).
3.      大篆 dà zhuàn
Dà zhuàn adalah aksara yang digunakan negara Qin pada masa Chun Qiu. Zhuàn berarti menarik panjang sehingga zhuàn shū menyatakan aksara yang ditulis dengan tarikan yang panjang dan bulat (Suparto, 2003:11).
4.      小篆 xiǎo zhuàn
Xiǎo zhuàn sebenarnya dinamakan dengan xiǎo yang berarti penyederhanaan. Pada masa dinasti Han, aksara yang telah disederhanakan ini dinamakan xiǎo zhuàn.  Xiǎo zhuàn ini merupakan perubahan bentuk dari dà zhuàn (Suparto, 2003:12).
5.      隶书 lì shū
Aksara lì shū menyatakan aksara yang terbentuk dari revolusi aksara negara Qin pada Chun Qiu masa perang. lì shū merupakan penyederhanaan dari    zhuàn shū, dengan perubahan goresan yang bulat menjadi persegi, goresan busur menjadi lurus (Suparto, 2003:12).


6.      楷书 kǎi shū
Kǎi shū merupakan aksara tulis yang lazim dan standar dalam penulisan aksara Mandarin saat ini. Aksara kǎi shū merupakan evolusi dari  aksara lì   shū (Song, 2001 :173).
7.      草书 cǎo shū
Aksara cǎo () dalam cǎo shū berarti” tidak rapi” . pada awal zaman Han, cǎo shū adalah tulisan yang disederhanakan dari lishu. Aksara cǎo shū merupakan evolusi dari aksara lì shū. Dengan demikian, pada saat itu dinamakan cǎo li dan tidak disebut cǎo shū. Singkat kata, aksara cǎo shū masih tidak terlepas dari sistem aksara lì shū (Suparto, 2003:13).
8.      行书 xíng shū
Xíng shū merupakan aksara bagaikan awan yang berarak dan air yang mengalir. Bentuk dan gaya tulisannya merupakan gabungan antara cǎo shū dan kǎi shū (Suparto, 2003:14).
5.      Perubahan Bentuk Aksara Mandarin
Secara garis besar, perubahan bentuk aksara Mandarin adalah dari 甲骨文 jiǎ gǔ wén,  金文 jīn wén,  大篆 dà zhuàn,  小篆 xiǎo zhuàn,  隶书 lì shū,  楷书 kǎi shū,  草书 cǎo shū,  行书 xíng shū.
Perubahan bentuk dari aksara jiǎgǔwén sampai xíng shūdapat dikategorikan menjadi tiga periode, yaitu :
1.      Perubahan gambar
2.      Perubahan garis, dan
3.      Perubahan goresan tulisan (Suparto, 2003:15).
D.    Goresan pada Aksara Mandarin (Bihua)
1.      Dasar-dasar Bentuk Goresan pada Aksara Mandarin
Dewasa ini bentuk goresan aksara Mandarin bermacam-macam. Bentuk goresan yang berbeda dapat membentuk aksara yang berbeda pula. Berdasarkan goresan aksara Mandarin dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu bentuk goresan dasar aksara dan goresan gabungan aksara Mandarin. Bentuk goresan dasar adalah bentuk yang sederhana, yang terbentuk dari goresan titik dan garis. Bentuk goresan dasar ini terdiri atas delapan jenis (Suparto, 2003:32).
2.      Bentuk Goresan Gabungan pada Aksara Mandarin
Bentuk goresan gabungan terbentuk dari gabungan goresan-goresan dasar (Suparto, 2003:33).
3.      Peraturan Dasar Penulisan Goresan
Untuk menulis dengan jumlah goresan yang benar, perlu diperhatikan dua syarat , yaitu:
a.         Aksara yang ditulis harus aksara yang standar dan lazim.
b.         Harus mematuhi tata cara dasar-dasar penulisan aksara.
Peraturan dasar menulis goresan  yaitu:
a.         Pada satu goresan, ujung pena hanya boleh melewati satu tempat sekali, tidak boleh berbalik arah.
b.         Goresan “héng” adalah goresan yang arahnya dari kiri ke kanan, tidak boleh dari kanan ke kiri.
c.         Arah goresan shù, piě, nà, selalu dari atas ke bawah, tidak boleh dari bawah ke atas.
d.        Arah goresan tí adalah dari bawah ke atas (Suparto, 2003:36).
4.      Jumlah Goresan
Untuk memastikan jumlah goresan dalam suatu aksara, harus diperhatikan beberapa hal,  yaitu:
1.    Pada saat goresan bersambungan di sudut kiri atas, dihitung dua goresan.
2.    Saat goresan bersambung di bagian kiri bawah, ada dua kemungkinan
a.       Aksara yang tertutup semua, dihitung dua goresan.
b.      Aksara yang tidak tertutup semua (di bagian kiri bawah), dihitung satu goresan.
3.    Saat goresan bersambungan disudut kanan atas, dihitung satu goresan (Suparto, 2003:37).
5.      Hubungan Jumlah Goresan dengan Bentuk Aksara
Jumlah goresan yang berbeda dapat membedakan bentuk dari aksara Mandarin.
a.    Bentuk aksara yang mirip disebabkan adanya kelebihan atau kekurangan satu goresan pada aksara.
Contoh :

b.    Jumlah goresan yang sama, tetapi bentuk goresan berbeda, maka aksara Mandarinnya juga berbeda.
Contoh:

c.    Jumlah goresan dan bentuk goresan yang sama tetapi letaknya berbeda juga membentuk aksara Mandarin yang berbeda.
Contoh :
(Suparto, 2003:39)
E.     Urutan Goresan pada Aksara Mandarin (Bishun)
1.      Aksara Tunggal dan Aksara Gabungan
Bishun adalah tata cara urutan dalam penulisan aksara  Mandarin. Struktur aksara Mandarin dibagi menjadi dua jenis, yaitu aksara tunggal dan aksara gabungan.
a.    Aksara tunggal
Aksara tunggal adalah aksara yang terbentuk secara langsung dari goresan-goresan penulisan. Struktur (bentuk) aksara tunggal ini mempunyai bentuk kesatuan yang tidak dapat dianalis (dipisahkan) lagi. Contohnya, orang (), mulut (), tangan (), kambing (羊), air (水), api(火), matahari (日), bulan (月), tengah (中),  besar (大),  kecil (小)( Song, 2001:252).
b.    Aksara gabungan
Aksara gabungan adalah aksara yang terbentuk dari gabungan struktur (komponen) bagian yang kecil. Bentuk dari aksara gabungan ini masih dapat dipisahkan menjadi komponen bagian-bagian kecil. Contohnya, saling (), sungai (), istirahat (), terang ().
Setelah melewati proses penyederhanaan aksara, banyak aksara tradisonal yang semulanya adalah aksara gabungan berubah menjadi aksara tunggal. Aksara tradisional adalah aksara Mandarin yang mempunyai jumlah goresan yang banyak. Aksara tradisional ini telah digantikan penggunaannya oleh aksara sederhana. Aksara sederhana disebut juga dengan aksara penyederhanaan , yaitu aksara standar yang telah ditetapkan oleh China.
Dewasa ini, aksara yang banyak digunakan dalam bahasa Mandarin adalah aksara yang  berbentuk gabungan karena jumlah dari aksara tunggal sangat sedikit (Suparto, 2003:43).

2.      Tata Cara Urutan Goresan
Penggabungan goresan penulisan aksara Mandarin harus berdasarkan aturan-aturan yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini, goresan mana yang harus ditulis terlebih dahulu dan goresan mana yang selanjutnya. Jika mengikuti tatacara penulisan aksara Mandarin yang benar, maka akan dapat meningkatkan kecepatan penulisan dan ketepatan bentuk karakter tersebut.
1.      Tatacara urutan penulisan pada aksara tunggal
Aturan penulisan adalah aturan untuk menuliskan goresan mana yang akan ditulis terlebih dahulu dan goresan mana yang akan ditulis selanjutnya, tatacara penulisan aksara tunggal adalah sebagai berikut:
a.       Horizontal, lalu vertikal
b.      Atas, lalu bawah
c.       Piě, lalu nà
d.      Kiri, lalu kanan
e.       Luar, lalu dalam
f.       Tengah, lalu samping
g.      Dalam, lalu tutup ( Song, 2001:181).
2.      Tatcara penulisan aksara gabungan
Tatacara penulisan aksara gabungan adalah sebagai berikut:
a.       Untuk struktur kanan-kiri, penulisannya bagian kiri terlebih dahulu, baru bagian kanan.
b.      Untuk struktur atas-bawah, penulisannya bagian atas terlebih dahulu, baru bagian bawah.
c.       Untuk struktur dalam-luar, penulisannya bagian luar terlebih dahulu, baru bagian dalam
d.      Untuk struktur luar-dalam,  penulisannya bagian luar terlebih dahulu, lalu bagian dalam, baru ditutup (Suparto, 2003:45).

BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen quasi (Quasi Experimental Design) karena hanya menggunakan satu kelompok saja dan tidak memerlukan kelompok kontrol. Quasi Experimental Design digunakan karena pada dasarnya sulit untuk mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian (Sugiyono, 2010 :114). Di SMAN 1 Driyorejo Gresik hanya terdapat tiga kelas yang mendapatkan mata pelajaran bahasa Mandarin sebagai muatan lokal, yaitu kelas X- Bahasa, XI-Bahasa, dan XII-Bahasa. Karena alasan demikian, maka dalam penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol atau kelompok pembanding.
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu One-Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen disebut pretest, dan observasi yang dilakukan sesudah eksperimen disebut posttest. Dengan demikian peneliti dapat membandingkan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
O  X  O
 
                                                O = nilai pretest ( sebelum diberi perlakuan)
                                                O= nilai posttest ( sesudah diberi perlakuan )
(Sugiyono, 2010:110)
B.       Populasi dan Sampel
1.         Populasi
Arikunto (2010:173) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.  Sugiyono (2010:317) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah  generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-Bahasa SMAN 1 Driyorejo Gresik.
2.         Sampel
Sugiyono (2010: 118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki populasi tersebut, sedangkan Arikunto (2010:174) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.  Selanjutnya, Arikunto (2010:176) menyatakan bahwa pengambilan sampel dalam suatu penelitian harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-bahasa SMAN 1 Driyorejo Gresik. Oleh karena itu, sampel dalam penelitian ini disebut sampel populasi,  karena menggunakan seluruh populasi sebagai sampel penelitian.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling bertujuan (Purposive Sampling). Sugiyono (2010:124) menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, sedangkan Arikunto (2010:183) menyatakan bahwa purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Alasan pemilihan siswa kelas X-bahasa SMAN 1 Driyorejo Gresik dijadikan sebagai sampel penelitian adalah karena sebagian besar siswa kelas X-bahasa SMAN 1 Driyorejo Gresik sebelumnya belum pernah belajar bahasa Mandarin. Alasan berikutnya adalah karena di SMAN 1 Driyorejo Gresik hanya siswa kelas Bahasa yang mendapatkan mata pelajaran bahasa Mandarin. Oleh karena itu penelitian ini lebih tepat menggunakan siswa kelas X-bahasa SMAN 1 Driyorejo Gresik sebagai sampel penelitian.
C.      Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah dalam penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan data-data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan  instrumen penelitian berupa soal tes dan lembar kuesioner  yang digunakan sebagai alat untuk memperoleh data.
Berikut ini adalah deskripsi intrumen penelitian yang digunakan:
1.      Tes
Arikunto (2010:193) menyatakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, dan kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini, soal tes digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan Bihua Bishun terhadap keterampilan menulis Hanzi siswa kelas X-Bahasa SMAN 1 Driyorejo Gresik. Tes diberikan kepada siswa kelas X-Bahasa SMAN 1 Driyorejo Gresik sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah diterapkan penggunakan Bihua Bishun pada kegiatan belajar mengajar bahasa Mandarin. Bentuk tes yang digunakan berupa tes subjektif yaitu siswa harus menuliskan langkah-langkah menulis suatu Hanzi.
2.      Lembar Kuesioner
Sugiyono (2010:199) menyatakan bahwa kuesioner merupakan  teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atay pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar. Dalam penelitian ini, lembar kuesioner diberikan kepada seluruh siswa kelas X-Bahasa SMAN 1 Driyorejo Gresik. Lembar kuesioner ini diberikan dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa kelas X-Bahasa SMAN 1 Driyorejo Gresik mengenai penggunaan Bihua Bishun terhadap keterampilan menulis Hanzi pada kegiatan belajar mengajar bahasa Mandarin.
D.      Teknik Analisis Data
T =

 
Sugiyono (2010:333) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang dirumuskan dalam proposal. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dengan menggunakan intrumen penelitian berupa soal tes yaitu berupa data angka. Data berupa angka tersebut merupakan nilai yang diperoleh siswa kelas X-Bahasa SMAN 1 Driyorejo Gresik sebelum diberi perlakuan (pretest) dan  sesudah diberi perlakuan (posttest). Rumus yang digunakan untuk menghitung efektifitas perlakuan adalah:


Md= mean dari( nilai rata-rata) posttest dan pretest
Xd= perbedaan deviasi dengan mean deviasi
N= banyaknya subjek
(Arikunto,  2010:125)
Untuk menghitung atau membandingkan rata-rata test sebelum dan sesudah perlakuan dengan standar yang diinginkan dapat digunakan rumus berikut: T = X₁-X₂
      SX₁-SX₂
X =  nilai rata-rata sebelum perlakuan
X= nilai rata-rata sesudah perlakuan
SX= standar deviasi sebelum perlakuan
SX= standar deviasi sesudah perlakuan
(Arikunto,2010:124)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar