PROPOSAL PENELITIAN PENDIDIKAN
BAHASA MANDARIN
“PENGARUH PENGGUNAAN BIHUA BISHUN TERHADAP KETERAMPILAN
MENULIS HANZI SISWA KELAS X-BAHASA
SMA NEGERI 1 DRIYOREJO GRESIK”
Disusun
oleh :
Widarti
/ 2012 A / 122774020
PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN
FAKULTAS BAHASA DAN
SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
TAHUN 2014-2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan
kepada Tuhan YME karena atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian pendidikan bahasa Mandarin
ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Proposal ini dibuat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi
tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal
ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa adanya uluran tangan dan partisipasi
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
·
Dr. Maria Mintowati, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Metodologi
Penelitian Pendidikan
·
Orang
tua penulis yang telah memberi dukungan moral dan material sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
·
Teman – teman yang selalu memberi
dukungan serta saran agar penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
Penulis
menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak
kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan proposal oleh penulis
di masa yang akan datang.
Akhirnya
besar harapan penulis, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan semua orang yang
membaca pada umumnya.
Surabaya, 5 Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
DEPAN ............................................................................ ii
KATA
PENGANTAR ......................................................................... iii
DAFTAR
ISI
........................................................................................ iv
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ..................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah
............................................................... 3
C.
Tujuan Penelitian ................................................................. 3
D.
Manfaat Penelitian ............................................................... 3
E.
Batasan Istilah
...................................................................... 4
BAB
II KAJIAN PUSTAKA
A.
Penelitian terdahulu yang relevan
....................................... 6
B.
Menulis
1.
Pengertian menulis
......................................................... 7
2.
Jenis tulisan
.................................................................... 7
C.
Aksara Mandarin (Hanzi)
1.
Hubungan antara aksara dan bahasa
............................... 8
2.
Pengertian aksara Mandarin
............................................ 8
3.
Karakteristik aksara Mandarin
........................................ 9
4.
Perkembangan aksara Mandarin ..................................... 9
5.
Perubahan bentuk aksara Mandarin ................................ 11
D.
Goresan pada aksara Mandarin (Bihua)
1.
Dasar-dasar bentuk goresan pada aksara
Mandarin ........ 11
2.
Bentuk goresan gabungan pada aksara
Mandarin ........... 12
3.
Peraturan dasar penulisan goresan .................................. 12
4.
Jumlah goresan
................................................................ 12
5.
Hubungan jumlah goresan dengan bentuk
aksara ........... 12
E.
Urutan goresan pada aksara Mandarin (Bishun)
1.
Aksara tunggal dan aksara gabungan ............................. 14
2.
Tata cara urutan goresan aksara Mandarin
..................... 15
BAB
III METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................... 16
B.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
.......................................................................... 16
2.
Sampel
............................................................................ 17
C.
Instrumen dan Teknik Penelitian
......................................... 18
D.
Teknik Analisis Data
........................................................... 19
DAFTAR
RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa
merupakan alat komunikasi
yang sangat penting untuk berkomunikasi dengan orang lain. Wassid dan Sunear
(2008:226) menyatakan bahwa dengan
bahasa seseorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasaan, atau informasi kepada
orang lain baik secara lisan maupun tulisan.
Suatu negara hendaknya mempelajari bahasa negara lain untuk memperlancar
hubungan kerja sama dalam beberapa bidang, tak terkecuali Indonesia. Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang yang senantiasa menjalin kerja sama dengan negara
lain. Hal ini terlihat pada hubungan kerja sama yang baik antara Indonesia
dan China di beberapa bidang, seperti
di bidang pendidikan, kebudayaan, dan perdagangan. Dalam beberapa tahun
terakhir China mengalami perkembangan yang sangat pesat khususnya di bidang
perdagangan. Sekarang ini China telah menjadi negara yang menguasai pasar
Internasional. Salah satu contoh kerjasama antara Indonesia dan China di
bidang pendidikan yaitu dengan ditandai adanya berbagai akses kemudahan bagi
pelajar Indonesia untuk belajar bahasa Mandarin di China. Oleh sebab itu, dewasa
ini bahasa Mandarin dianggap penting kedudukan dan
peranannya bagi warga
Indonesia, khususnya agar warga Indonesia dapat berkomunikasi dengan warga
China.
Melihat prospek bahasa Mandarin di era global yang semakin penting, di Indonesia
mulai ada beberapa lembaga nonformal yang mulai membuka bimbingan belajar
bahasa Mandarin. Di samping itu, banyak institusi pendidikan di Indonesia yang
memasukkan bahasa Mandarin dalam kurikulum sekolah, baik sebagai muatan lokal maupun
kegiatan ekstrakurikuler, salah satunya yaitu SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik. SMA
Negeri 1 Driyorejo Gresik telah membuka kelas khusus bagi siswa untuk belajar
berbagai bahasa, yaitu kelas X-Bahasa, XI-Bahasa, dan XII-Bahasa. Di SMA Negeri
1 Driyorejo Gresik, bahasa Mandarin dimasukkan sebagai salah satu muatan lokal
selain bahasa Inggris.
Banyak
masyarakat memiliki anggapan bahwa balajar bahasa Mandarin merupakan hal yang
sulit, utamanya bagi para pemula. Dalam
mempelajari bahasa Mandarin ditemukan beberapa kendala, salah satunya adalah adanya kesulitan
pada saat menulis aksara Mandarin
(Hanzi).
Hanzi merupakan aksara
yang menyatakan arti (ideogram).
Hanzi merupakan ciri khas dari bahasa Mandarin. Bahasa Mandarin
memiliki huruf atau aksara yang berupa simbol-simbol. Pembentukan dari aksara Mandarin
yang berbeda menghasilkan makna atau arti yang berbeda pula. Dalam mempelajari
bahasa Mandarin, menulis Hanzi
menjadi tantangan tersendiri karena hurufnya berupa simbol-simbol. Tetapi hal
tersebut tidak mengurangi minat pembelajar untuk terus belajar bahasa Mandarin.
Untuk itulah perlu adanya metode pembelajaran yang efektif guna meningkatkan
keterampilan menulis Hanzi khususnya
pada siswa kelas X-Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik sebagai pembelajar
pemula bahasa Mandarin.
Dalam Kamus Praktis
Indonesia-Tionghoa, Tionghoa-Indonesia disebutkan bahwa Bihua Bishun merupakan urutan goresan
atau guratan dalam menulis Hanzi.
Penulisan Hanzi dengan Bihua Bishun tidak seperti menulis huruf
biasa. Penulisan Hanzi dengan Bihua Bishun merupakan cara menulis Hanzi dengan aturan yang benar.
Penulisan Hanzi lebih memperhatikan
urutan goresan yang sesuai dengan aturannya daripada hasil akhir penulisan huruf tersebut.
Oleh karena itu, penulis menyusun proposal yang berjudul “ Pengaruh
Penggunaan Bihua Bishun terhadap
Ketrampilan Menulis Hanzi Siswa Kelas
X-Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik” dengan tujuan untuk mengetahui ada
tidaknya peningkatan keterampilan menulis Hanzi
siswa Kelas X-Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik setelah diterapkannya
penggunaan Bihua Bishun dalam proses
pembelajaran bahasa Mandarin.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah yaitu
:
a.
Bagaimana pengaruh
penggunaan Bihua Bishun terhadap keterampilan
menulis Hanzi siswa kelas X-Bahasa
SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik?
b.
Bagaimana respon
siswa mengenai penggunaan Bihua Bishun
terhadap keterampilan menulis Hanzi siswa
kelas X-Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik?
C.
Tujuan Penelitian
Merujuk pada latar belakang dan rumusan masalah, adapun tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini yaitu:
a.
Mendeskripsikan pengaruh
penggunaan Bihua Bishun terhadap keterampilan
menulis Hanzi siswa kelas X-Bahasa
SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik.
b.
Memaparkan respon
siswa mengenai penggunaan Bihua Bishun
terhadap keterampilan menulis Hanzi siswa
kelas X-Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo Gresik.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.
Manfaat teoretis: hasil
penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi ilmu pendidikan di
Indonesia, utamanya mengenai pembelajaran bahasa
Mandarin.
2.
Manfaat praktis: hasil penelitian mengenai penggunaan Bihua Bishun terhadap keterampilan
menulis Hanzi dalam penelitian ini
diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak.
a)
Bagi mahasiswa:
hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai pengaruh penggunaan
Bihua Bishun dalam pembelajaran bahasa
Mandarin, serta dapat dijadikan sebagai rujukan bagi mahasiswa untuk menulis
proposal penelitian pendidikan yang baik dan benar.
b)
Bagi guru: hasil penelitian
ini dapat digunakan bagi guru sebagai referensi
untuk memilih metode yang efektif dalam proses pembelajaran bahasa
Mandarin khusunya menulis Hanzi.
c)
Bagi siswa: hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan siswa mengenai
penggunaan Bihua Bishun dalam bahasa
Mandarin.
d)
Bagi peneliti lain:
hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai rujukan atau pedoman untuk menulis proposal penelitian pendidikan
mengenai penggunaan Bihua Bishun
dalam bahasa Mandarin.
E.
Batasan Istilah
Agar tidak
menimbulkan perbedaan pengertian, perlu ada penjelasan istilah yang digunakan
dalam penelitian ini.
1. Pengaruh
adalah daya yang timbul dari sesuatu (orang, benda dsb) yang ikut membentuk
watak kepercayaan dan perbuatan seseorang ( Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1997 :747).
2. Bihua
adalah guratan atau goresan dalam aksara
Mandarin (Kamus Praktis
Indonesia-Tionghoa, Tionghoa-Indonesia, 2001:18).
3. Bishun
adalah tata cara urutan dalam penulisan aksara
Mandarin ( Suparto, 2002 : 43).
4. Keterampilan
adalah keahlian khusus untuk mengerjakan usaha tertentu sebagai manifestasi
dari pengalaman, pengetahuan yang dapat diasosiasikan dalam bentuk karya (Wulandari,
2006: 27).
5. Menulis
adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran
grafik itu (Tarigan, 1982 :3).
6.
Hanzi adalah simbol
bentuk yang tertulis dari bahasa Mandarin (Suparto, 2002 :7).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian mengenai penggunaan Bihua Bishun dalam pembelajaran bahasa Mandarin pernah dilakukan
oleh beberapa peneliti, salah satunya oleh staf pengajar bahasa Mandarin
Universitas Jenderal Soedirman yaitu Tjaturrini (2012) dengan judul
penelitiannya yaitu “Penggunaan Teknik Pembelajaran dengan Menggunakan Bihua Bishun untuk Meningkatkan
Kemampuan Menulis Hanzi”. Adapun
hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa teknik penulisan aksara Mandarin
dengan menggunakan Bihua Bishun di
samping bermanfaat untuk keindahan tulisan, juga sangat berguna untuk
menyederhanakan metode menghafal Hanzi
yang tentu saja dapat menghemat memori otak.
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian tersebut
adalah membahas penggunaan Bihua Bishun
dalam pembelajaran bahasa Mandarin.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Tjaturrini
(2012) adalah penelitian yang dilakukan Tjaturrini tersebut termasuk jenis penelitian
tindakan kelas dan bersubjek mahasiswa Program Studi D3 Bahasa Mandarin
Universitas Jenderal Soedirman, sedangkan penelitian ini merupakan jenis penelitian
eksperimen yang bersubjek siswa kelas X-Bahasa SMA
Negeri 1 Driyorejo. Selain itu, penelitian ini lebih menekankan pada meneliti
seberapa besar pengaruh penggunaan Bihua
Bishun terhadap keterampilan menulis Hanzi
siswa kelas X-Bahasa SMA Negeri 1 Driyorejo, sedangkan penelitian yang yang
dilakukan Tjaturrini (2012) lebih menekankan pada penggunaan Bihua Bishun sebagai salah satu teknik
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis Hanzi mahasiswa Program Studi D3 Bahasa Mandarin Universitas Jenderal
Soedirman.
B.
Menulis
1.
Pengertian Menulis
Menulis merupakan menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran
grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi
tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa (Lado, 1979 : 142).
Menulis merupakan suatu
representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini merupakan
perbandingan utama antara lukisan dan tulisan. Dengan kata lain menggambar
suatu aksara bukanlah menulis. Seorang pelukis dapat saja melukis aksara-aksara
Mandarin, tetapi dia tidak dapat dikatakan menulis kalau tidak tahu bagaimana
cara menulis aksara Mandarin, yaitu tidak memahami bahasa Mandarin beserta
aksara-aksaranya. Dengan kriteria yang seperti itu, dapat dikatakan bahwa
menyalin atau mengopi aksara-aksara suatu naskah dalam aksara-aksara tertentu
untuk dicetak bukanlah menulis kalau orang tersebut tidak memahami bahasa
tersebut beserta representasinya (Lado, 1979:143).
2.
Jenis Tulisan
Song (2001:169) menyatakan
bahwa jenis dari tulisan aksara Mandarin dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
a.
宋体, adalah jenis tulisan aksara Mandarin yang paling umum digunakan.
b.
仿宋体, adalah jenis tulisan aksara Mandarin yang dalam
penulisannya mengutamakan keindahan.
c.
楷体, adalah jenis tulisan aksara Mandarin yang cara
penulisannya menggunakan tangan seperti pada aksara楷书 (kǎi shū).
d.
黑体, adalah jenis tulisan aksara Mandarin yang cara
penulisannya menekankan pada ketebalan huruf, biasanya jenis tulisan ini
digunakan untuk menunjukkan hal yang penting.
Wei ( 2010:3) membagi jenis
tulisan aksara Mandarin menjadi 3 jenis, yaitu:
a.
宋体, adalah huruf cetak yang paling umum digunakan.
b.
正楷体, adalah bentuk tulisan reguler yang digunakan ketika
menulis aksara Mandarin dengan mopit.
c.
手写体, adalah bentuk tulisan tangan yang digunakan ketika
menulis aksara Mandarin dengan pena.
C.
Aksara Mandarin (Hanzi)
1.
Hubungan Bahasa dengan Aksara
Bahasa merupakan
sistem dari suatu simbol yang menyatakan pikiran dan perasaan seseorang,
sedangkan aksara merupakan sistem dari bentuk tertulis(tercatat) dari bahasa.
Dengan kata lain, bahasa adalah jenis yang pertama ada, kemudian aksara. Aksara
merupakan simbol bentuk tertulis dari kata-kata yang diucapkan. Aksara
terbentuk dari tiga sistem, yaitu terbentuk dari bentuk, bunyi, dan arti.
Aksara terdiri
dari tiga jenis, yaitu aksara yang menyatakan bentuk, bunyi dan arti. Contoh
aksara yang menyatakan bentuk (yang disebut juga aksara piktografis atau aksara
gambar) adalah aksara yang tercatat dalam tempurung kura-kura dan tulisan paku
(sfenogram). Aksara latin bahasa Inggris dan bahasa Indonesia termasuk aksara
yang menyatakan bunyi. Aksara Mandarin (Hanzi)
dan aksara Mesir kuno merupakan aksara
yang menyatakan arti (Suparto, 2003:4).
2.
Pengertian Aksara Mandarin
Aksara Mandarin adalah simbol
bentuk yang tertulis dari bahasa Mandarin. Bahasa Mandarin adalah bahasa yang
dipakai oleh suku bangsa Han yang digunakan sebagai alat bantu untuk
berkomunikasi dari zaman dahulu sampai sekarang. Aksara Mandarin dengan
pembentukannya dapat berdiri sendiri, yaitu sebagai aksara yang awalnya berasal
dari bentuk gambar (Jian, 2007 : 3).
3.
Karakteristik Aksara Mandarin
Jika dilihat dari sudut pandang
bahasa dan aksaranya, aksara Mandarin dengan aksara lainnya mempunyai ciri khas
yang sama, yaitu bahasa yang merupakan dasar dan aksara merupakan bentuk
penulisan atau simbol. Aksara Mandarin adalah aksara yang menyatakan arti (ideogram).
Aksara Mandarin mempunyai lafal, tetapi bentuk aksaranya tidak melambangkan
bunyi, melainkan menyatakan arti. Dapat dikatakan, struktur pembentukan dari
bentuk aksara Mandarin yang berbeda maka artinya pun berbeda (Song, 2001:163).
Selain menyatakan arti,
keistimewaan aksara Mandarin yang lain yaitu menyatakan aksara yang paling tua
di dunia, dan aksara yang berkembang dengan sendirinya (perkembangan dan
perubahan aksara Mandarin tidak dipengaruhi oleh aksara lain). Perkembangan
aksara dan bahasa Mandarin sangat mempengaruhi aksara dan bahasa daerah di
China (Suparto, 2003:5).
4.
Perkembangan Aksara Mandarin
1.
甲骨文 jiǎ gǔ wén
Kulit keras (甲jiǎ) yang disebut
adalah kulit tempurung kura-kura, sedangkan tulang (骨gǔ) yang dimaksud adalah tulang dari hewan sehingga
tulisan jiǎ gǔ wén adalah tulisan yang ditulis pada tempurung kura-kura atau
tulang hewan. Dengan demikian, tulisan jiǎ gǔ wén ini goresannya kurus dan
halus, serta jenis penulisannya sangat banyak. Karakteristik gambar dari
tulisan jiǎ gǔ wén sangat berpengaruh sehingga aksara jiǎ gǔ wén ini kebanyakan
masih mempertahankan bentuk gambarnya (Jian, 2007 :83).
2.
金文 jīn wén
Aksara jīn wén diukir,
dituangkan , dan dicetakkan pada alat perunggu yang terbuat dari bahan logam
sehingga dinamakan jīn wén. Biasanya alat perunggu yang digunakan adalah lonceng
dan bejana yang bertelinga dua dan berkaki tiga sehingga dinamakan dǐng wén (鼎文). Sementara itu,
dalam menuangkan pada cetakan perunggu, pasti melewati proses pematrian
sehingga aksara ini disebut juga míng wén. Aksara jīn wén merupakan perubahan
dari aksara jiǎ gǔ wén sehingga bentuk dan strukturnya hampir sama dengan jiǎ
gǔ wén. Perbedaannya adalah aksara jīn wén dituangkan pada cetakan logam sehingga
goresannya kasar, bentuknya melengkung, dan bulat (Song, 2001 :171).
3.
大篆 dà zhuàn
Dà zhuàn adalah aksara yang
digunakan negara Qin pada masa Chun Qiu. Zhuàn berarti menarik panjang sehingga
zhuàn shū menyatakan aksara yang ditulis dengan tarikan yang panjang dan bulat (Suparto,
2003:11).
4.
小篆 xiǎo zhuàn
Xiǎo zhuàn sebenarnya dinamakan
dengan xiǎo yang berarti penyederhanaan. Pada masa dinasti Han, aksara yang
telah disederhanakan ini dinamakan xiǎo zhuàn. Xiǎo zhuàn ini merupakan perubahan bentuk dari
dà zhuàn (Suparto, 2003:12).
5.
隶书 lì shū
Aksara lì shū menyatakan aksara
yang terbentuk dari revolusi aksara negara Qin pada Chun Qiu masa perang. lì
shū merupakan penyederhanaan dari zhuàn shū, dengan perubahan goresan yang
bulat menjadi persegi, goresan busur menjadi lurus (Suparto, 2003:12).
6.
楷书 kǎi shū
Kǎi shū merupakan aksara tulis
yang lazim dan standar dalam penulisan aksara Mandarin saat ini. Aksara kǎi shū
merupakan evolusi dari aksara lì shū (Song, 2001 :173).
7.
草书 cǎo shū
Aksara cǎo (草) dalam cǎo shū
berarti” tidak rapi” . pada awal zaman Han, cǎo shū adalah tulisan yang
disederhanakan dari lishu. Aksara cǎo shū merupakan evolusi dari aksara lì shū.
Dengan demikian, pada saat itu dinamakan cǎo li dan tidak disebut cǎo shū.
Singkat kata, aksara cǎo shū masih tidak terlepas dari sistem aksara lì shū (Suparto,
2003:13).
8.
行书 xíng shū
Xíng shū merupakan aksara
bagaikan awan yang berarak dan air yang mengalir. Bentuk dan gaya tulisannya
merupakan gabungan antara cǎo shū dan kǎi shū (Suparto,
2003:14).
5.
Perubahan Bentuk Aksara Mandarin
Secara garis besar, perubahan
bentuk aksara Mandarin adalah dari 甲骨文 jiǎ gǔ wén, 金文 jīn wén, 大篆 dà zhuàn, 小篆 xiǎo zhuàn, 隶书 lì shū, 楷书 kǎi shū, 草书 cǎo shū, 行书 xíng shū.
Perubahan bentuk dari aksara jiǎgǔwén
sampai xíng shūdapat dikategorikan menjadi tiga periode, yaitu :
1.
Perubahan gambar
2.
Perubahan garis,
dan
3.
Perubahan goresan
tulisan (Suparto, 2003:15).
D.
Goresan pada Aksara Mandarin (Bihua)
1.
Dasar-dasar Bentuk Goresan pada Aksara Mandarin
Dewasa ini bentuk goresan
aksara Mandarin bermacam-macam. Bentuk goresan yang berbeda dapat membentuk
aksara yang berbeda pula. Berdasarkan goresan aksara Mandarin dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu bentuk goresan dasar aksara dan
goresan gabungan aksara Mandarin. Bentuk goresan dasar adalah bentuk yang
sederhana, yang terbentuk dari goresan titik dan garis. Bentuk goresan dasar ini
terdiri atas delapan jenis (Suparto, 2003:32).
2.
Bentuk Goresan Gabungan pada Aksara Mandarin
Bentuk goresan gabungan
terbentuk dari gabungan goresan-goresan dasar (Suparto,
2003:33).
3.
Peraturan Dasar Penulisan Goresan
Untuk menulis dengan jumlah
goresan yang benar, perlu diperhatikan dua syarat , yaitu:
a.
Aksara yang ditulis
harus aksara yang standar dan lazim.
b.
Harus mematuhi tata
cara dasar-dasar penulisan aksara.
Peraturan dasar menulis goresan yaitu:
a.
Pada satu goresan,
ujung pena hanya boleh melewati satu tempat sekali, tidak boleh berbalik arah.
b.
Goresan “héng”
adalah goresan yang arahnya dari kiri ke kanan, tidak boleh dari kanan ke kiri.
c.
Arah goresan shù,
piě, nà, selalu dari atas ke bawah, tidak boleh dari bawah ke atas.
d.
Arah goresan tí adalah
dari bawah ke atas (Suparto, 2003:36).
4.
Jumlah Goresan
Untuk memastikan jumlah goresan
dalam suatu aksara, harus diperhatikan beberapa hal, yaitu:
1.
Pada saat goresan
bersambungan di sudut kiri atas, dihitung dua goresan.
2.
Saat goresan
bersambung di bagian kiri bawah, ada dua kemungkinan
a.
Aksara yang
tertutup semua, dihitung dua goresan.
b.
Aksara yang tidak
tertutup semua (di bagian kiri bawah), dihitung satu goresan.
3.
Saat goresan
bersambungan disudut kanan atas, dihitung satu goresan (Suparto, 2003:37).
5.
Hubungan Jumlah Goresan dengan Bentuk Aksara
Jumlah goresan yang berbeda
dapat membedakan bentuk dari aksara Mandarin.
a.
Bentuk aksara yang
mirip disebabkan adanya kelebihan atau kekurangan satu goresan pada aksara.
Contoh :
准
|
≠
|
淮
|
住
|
≠
|
往
|
侯
|
≠
|
候
|
古
|
≠
|
舌
|
b.
Jumlah goresan yang
sama, tetapi bentuk goresan berbeda, maka aksara Mandarinnya juga berbeda.
Contoh:
干
|
≠
|
千
|
贝
|
≠
|
见
|
向
|
≠
|
问
|
用
|
≠
|
甩
|
c.
Jumlah goresan dan
bentuk goresan yang sama tetapi letaknya berbeda juga membentuk aksara Mandarin
yang berbeda.
Contoh :
庄
|
≠
|
压
|
厌
|
≠
|
庆
|
皇
|
≠
|
星
|
太
|
≠
|
犬
|
(Suparto, 2003:39)
E.
Urutan Goresan pada Aksara Mandarin (Bishun)
1.
Aksara Tunggal dan Aksara Gabungan
Bishun
adalah tata cara urutan dalam penulisan aksara
Mandarin. Struktur aksara
Mandarin dibagi menjadi dua jenis, yaitu aksara tunggal dan aksara gabungan.
a.
Aksara tunggal
Aksara tunggal adalah aksara
yang terbentuk secara langsung dari goresan-goresan penulisan. Struktur
(bentuk) aksara tunggal ini mempunyai bentuk kesatuan yang tidak dapat dianalis
(dipisahkan) lagi. Contohnya, orang (人), mulut (口), tangan (手), kambing (羊), air (水), api(火), matahari (日), bulan (月), tengah (中), besar (大), kecil (小)( Song, 2001:252).
b.
Aksara gabungan
Aksara gabungan adalah aksara
yang terbentuk dari gabungan struktur (komponen) bagian yang kecil. Bentuk dari
aksara gabungan ini masih dapat dipisahkan menjadi komponen bagian-bagian
kecil. Contohnya, saling (相), sungai (江), istirahat (休), terang (明).
Setelah melewati proses
penyederhanaan aksara, banyak aksara tradisonal yang semulanya adalah aksara
gabungan berubah menjadi aksara tunggal. Aksara tradisional adalah aksara
Mandarin yang mempunyai jumlah goresan yang banyak. Aksara tradisional ini
telah digantikan penggunaannya oleh aksara sederhana. Aksara sederhana disebut
juga dengan aksara penyederhanaan , yaitu aksara standar yang telah ditetapkan
oleh China.
Dewasa ini, aksara yang banyak
digunakan dalam bahasa Mandarin adalah aksara yang berbentuk gabungan karena jumlah dari aksara
tunggal sangat sedikit (Suparto, 2003:43).
2.
Tata Cara Urutan Goresan
Penggabungan goresan penulisan
aksara Mandarin harus berdasarkan aturan-aturan yang sudah ditetapkan. Dalam
hal ini, goresan mana yang harus ditulis terlebih dahulu dan goresan mana yang
selanjutnya. Jika mengikuti tatacara penulisan aksara Mandarin yang benar, maka
akan dapat meningkatkan kecepatan penulisan dan ketepatan bentuk karakter
tersebut.
1.
Tatacara urutan
penulisan pada aksara tunggal
Aturan penulisan adalah aturan
untuk menuliskan goresan mana yang akan ditulis terlebih dahulu dan goresan
mana yang akan ditulis selanjutnya, tatacara penulisan aksara tunggal adalah
sebagai berikut:
a.
Horizontal, lalu
vertikal
b.
Atas, lalu bawah
c.
Piě, lalu nà
d.
Kiri, lalu kanan
e.
Luar, lalu dalam
f.
Tengah, lalu
samping
g.
Dalam, lalu tutup (
Song, 2001:181).
2.
Tatcara penulisan
aksara gabungan
Tatacara penulisan aksara
gabungan adalah sebagai berikut:
a.
Untuk struktur
kanan-kiri, penulisannya bagian kiri terlebih dahulu, baru bagian kanan.
b.
Untuk struktur
atas-bawah, penulisannya bagian atas terlebih dahulu, baru bagian bawah.
c.
Untuk struktur
dalam-luar, penulisannya bagian luar terlebih dahulu, baru bagian dalam
d.
Untuk struktur
luar-dalam, penulisannya bagian luar
terlebih dahulu, lalu bagian dalam, baru ditutup (Suparto, 2003:45).
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis
dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini
termasuk jenis penelitian eksperimen quasi (Quasi
Experimental Design) karena hanya menggunakan satu kelompok saja dan tidak
memerlukan kelompok kontrol. Quasi
Experimental Design digunakan karena pada dasarnya sulit untuk mendapatkan
kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian (Sugiyono, 2010 :114). Di SMAN
1 Driyorejo Gresik hanya terdapat tiga kelas yang mendapatkan mata pelajaran
bahasa Mandarin sebagai muatan lokal, yaitu kelas X- Bahasa, XI-Bahasa, dan
XII-Bahasa. Karena alasan demikian, maka dalam penelitian ini tidak menggunakan
kelompok kontrol atau kelompok pembanding.
Desain
eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu One-Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini observasi
dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen.
Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen disebut pretest, dan observasi yang dilakukan sesudah eksperimen disebut posttest. Dengan demikian peneliti dapat
membandingkan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Desain ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
|
O₂= nilai posttest ( sesudah diberi perlakuan )
(Sugiyono,
2010:110)
B.
Populasi
dan Sampel
1.
Populasi
Arikunto (2010:173) menyatakan bahwa
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Sugiyono (2010:317) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-Bahasa
SMAN 1 Driyorejo Gresik.
2.
Sampel
Sugiyono (2010:
118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang
dimiliki populasi tersebut, sedangkan Arikunto (2010:174) menyatakan bahwa
sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Selanjutnya, Arikunto (2010:176) menyatakan
bahwa pengambilan sampel dalam suatu penelitian harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai
contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-bahasa SMAN 1
Driyorejo Gresik. Oleh karena itu, sampel dalam penelitian ini disebut sampel
populasi, karena menggunakan seluruh
populasi sebagai sampel penelitian.
Teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling bertujuan (Purposive Sampling). Sugiyono (2010:124)
menyatakan bahwa purposive sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, sedangkan Arikunto
(2010:183) menyatakan bahwa purposive
sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas
strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Alasan
pemilihan siswa kelas X-bahasa SMAN 1 Driyorejo Gresik dijadikan sebagai sampel
penelitian adalah karena sebagian besar siswa kelas X-bahasa SMAN 1 Driyorejo
Gresik sebelumnya belum pernah belajar bahasa Mandarin. Alasan berikutnya
adalah karena di SMAN 1 Driyorejo Gresik hanya siswa kelas Bahasa yang
mendapatkan mata pelajaran bahasa Mandarin. Oleh karena itu penelitian ini
lebih tepat menggunakan siswa kelas X-bahasa SMAN 1 Driyorejo Gresik sebagai
sampel penelitian.
C.
Instrumen
dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data merupakan langkah dalam penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
data-data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa soal tes dan lembar
kuesioner yang digunakan sebagai alat
untuk memperoleh data.
Berikut ini adalah deskripsi
intrumen penelitian yang digunakan:
1. Tes
Arikunto
(2010:193) menyatakan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
dan kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam
penelitian ini, soal tes digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
penggunaan Bihua Bishun terhadap
keterampilan menulis Hanzi siswa
kelas X-Bahasa SMAN 1 Driyorejo Gresik.
Tes diberikan kepada siswa kelas X-Bahasa SMAN 1 Driyorejo Gresik sebanyak dua kali, yaitu sebelum
dan sesudah diterapkan penggunakan Bihua
Bishun pada kegiatan belajar mengajar bahasa Mandarin. Bentuk tes yang
digunakan berupa tes subjektif yaitu
siswa harus menuliskan langkah-langkah menulis suatu Hanzi.
2. Lembar Kuesioner
Sugiyono
(2010:199) menyatakan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atay pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner juga cocok digunakan bila
jumlah responden cukup besar. Dalam penelitian ini, lembar kuesioner diberikan kepada seluruh siswa kelas
X-Bahasa SMAN 1 Driyorejo Gresik.
Lembar kuesioner ini diberikan
dengan tujuan untuk mengetahui
respon siswa kelas X-Bahasa
SMAN 1 Driyorejo Gresik
mengenai penggunaan Bihua Bishun terhadap
keterampilan menulis Hanzi pada
kegiatan belajar mengajar bahasa Mandarin.
D.
Teknik
Analisis Data
|
Md= mean dari( nilai
rata-rata) posttest dan pretest
Xd= perbedaan deviasi
dengan mean deviasi
N= banyaknya subjek
(Arikunto, 2010:125)
Untuk menghitung
atau membandingkan rata-rata test sebelum dan sesudah perlakuan dengan standar
yang diinginkan dapat digunakan rumus berikut: T = X₁-X₂
SX₁-SX₂
X₁ =
nilai rata-rata sebelum perlakuan
X₂= nilai rata-rata sesudah perlakuan
SX₁= standar deviasi sebelum perlakuan
SX₂= standar deviasi sesudah perlakuan
(Arikunto,2010:124)